Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Chapter 4 Volume 5 - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Rabu, 11 April 2018

Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Chapter 4 Volume 5

BAGAIMANA HUBUNGAN MEREKA BERKEMBANG

Di antara kelas lain yang melakukan pengintaian, ada juga gerakan kecil dari Kelas D. Dia dan dia cukup pintar tentang apa atau siapa yang atletis atau tidaknya. Informasi semacam itu datang dari mana-mana. Mayoritas sudah mulai menyadari hal ini, tetapi hanya sedikit tujuan dari pengintaian langsung ini. Hanya dengan memastikan tingkat keatletisan orang lain menurut isi hati seseorang, pada akhirnya kunci kemenangan terletak pada kombinasi kerja sama untuk perlombaan. Informasi saja tidak cukup berguna.

Kecuali jika kau tahu isi tabel partisipasi mereka, yang merupakan kunci dari semuanya. Informasi menduga-duga tidak akan membawa kemenangan terhadap kelas-kelas lain. Namun, sebaliknya jika kita bisa memperoleh informasi tentang tabel partisipasi mereka, ini akan sangat membantu untuk mengalahkan mereka. Dan jika kita bisa mendapatkan 'tabel partisipasi' dan 'informasi', maka peluang kita akan meningkat secara drastis.

Tetapi menurut aturan sedehana, tabel partisipasi tidak dibagikan kepada kelas lain. Dan karena sama saja seperti mencekik diri mereka jika informasi tersebut bocor, kontrol penuh atas informasi mungkin saja terjadi.

Satu-satunya pengecualian... adalah Kelas D yang membawa bom dari dalam. Satu minggu sebelum festival olahraga. Aku membuat pergerakanku segera setelah kelas selesai. Aku memanggil Horikita, yang sedang mengemasi barang-barangnya di sampingku.

"Tolong temaniku sebentar setelah ini"

"Kalau aku bilang tidak?"

"Tentu saja kau bebas bilang seperti itu, tapi aku tidak akan bertanggung jawab jika Kelas D akan menghadapi kesulitan"

Aku berbicara to the poin, dan dengan tiba-tiba mengatakan sesuatu yang terdengar seperti ancaman, Horikita kehilangan kata-katanya sesaat.

"... ini sesuatu yang tidak bisa aku abaikan. Baiklah, apa yang kau inginkan?"

"Kau pasti mengerti jika kau ikut"

Mengatakan itu, aku melewati Horikita, yang menuntut jawaban. Aku kemudian memanggil satu target lainnya.

"Kushida, apa kau ada waktu?"

Aku berjalan ke depan Kushida, yang sedang mengobrol bersama perempuan-perempuan lain di kelas dan menegurnya seperti itu.

"Hmm? Ada apa, Ayanokouji-kun?"

Kushida juga berbalik melihat Horikita, yang tetap diam bahkan saat dia mengeluarkan aura ketidaksukaan.

"Apa kau punya rencana besok?"

Di hari Sabtu, yang seharusnya menjadi hari libur bagi Kushida, aku mencoba mengajaknya pergi untuk sesuatu.

"Aku belum merencanakan apa pun sejauh ini. Aku pikir sepertinya aku mau membersihkan kamarku."

"Jika kau tidak keberatan, apa aku bisa meminjam sebagian waktumu hanya di pagi hari saja?"

Aku memotong dengan kalimat itu. Jika Kushida menunjukkan tanda ketidakpuasan, aku punya niat untuk segera mundur.

"Tentu saja" Namun, seakan ingin menghilangkan kecemasan seperti itu, Kushida menerima dengan senyuman. "Bagaimana aku bisa menolak jika Ayanokouji-kun mengajakku keluar"

"Mungkin begitu. Ngomong-ngomong, Horikita juga ikut"

"Hei!"

Aku mengekang Horikita dengan tanganku saat dia menyuarakan keluhannya.

"Tentu saja, aku sama sekali tidak keberatan... tapi apa yang kau maksud dengan pagi hari saja?"

"Termasuk Kushida, yang familiar dengan informasi kelas lain, aku ingin sekali lagi melakukan pengintaian kepada musuh. Itulah yang aku pikirkan. Aku diajak oleh Horikita, tapi ada banyak hal yang aku tidak tau"

Sejujurnya aku memberi tahu Kushida tentang apa yang kupikirkan. Namun, sebagian justru tentang Horikita sendiri sebagai improvisasi.
T/N: Improvisasi, melakukan sesuatu tanpa persiapan.

Selama aku memintanya menemaniku, tidak akan berhasil kecuali aku mengatakan yang sebenarnya dan Kushida juga harus  memahami perannya.

Setelah selesai berbicara, seolah-olah dia yakin, Kushida berulang kali mengangguk.

"Aku mungkin yang paling cocok untuk itu. Ya, baiklah. Jam berapa? Lebih cepat, lebih baik, bukan?"

"Itu benar. Kalau bisa, sekitar jam 10an? Apa kau setuju?"

"Tidak masalah. Jadi, besok kita akan bertemu di lobi asrama?"

"Ya. Terima kasih"

Sepertinya Kushida sudah berjanji untuk kembali dengan teman-temannya saat dia pergi sambil melambaikan tangan ke arah para perempuan yang menunggu di koridor. Saat aku bergerak untuk melakukan hal yang sama dan berjalan pulang, Horikita meraih punggungku.

"Apa yang kau bicarakan? Aku tidak pernah mendengar tentang hal ini"

"Tentu saja, karena aku tidak pernah memberitahumu tentang itu. Tapi pengintaian bukan sesuatu yang buruk, kan?"

"Aku tidak mengerti alasan di balik kau mengajakku. Jika pengintaian, maka kau dan Kushida-san seharusnya sudah lebih dari cukup, kan?"

"... apa kau serius mengatakan itu?"

"Apa? Aku tidak akan mengatakan sesuatu seperti itu sebagai lawakan"

Rupanya aku masih belum bisa menenangkan Horikita kembali.

"Kita berdiri terlalu lama di sini. Ayo kita bicara sambil berjalan pulang”

Aku melangkah ke koridor dengan semangat seolah meninggalkan Horikita di belakang. Horikita, sambil mengejar, berbaris di sampingku.

"Selama ujian di kapal, kau belum melupakan hasil dari kelompokmu, kan?"

"Tentu saja tidak, identitas dari 'target' di Kelas D secara terang-terangan terlihat. Hasil yang memalukan."

"Benar. Itu menjadi hasil yang normalnya tidak boleh. Pasti ada alasan dibaliknya”

"Aku juga mengerti itu. Tapi aku tidak tahu kenapa, dan tidak peduli seberapa banyak aku memikirkannya, aku tidak bisa menemukan jawaban. Aku bisa menebak bahwa setidaknya Ryuuen-kun sudah terlibat di dalamnya..."

Aku sangat mengerti bahwa dia akhirnya bertabrakan dengan pertanyaan sulit yang sepertinya sudah menemui jalan buntu. Dalam semua kemungkinan, di dalam Horikita banyak pertanyaan telah terbentuk kemudian memudar dan membentuk lagi sebelum memudar, begitu berulang kali.

"Bukan berarti aku punya sebuah kepastian, tapi aku sudah menemukan satu hipotesis lengkap mengenai hal itu"

Saat aku mengatakannya, Horikita menatapku seolah-olah dia benar-benar terkejut.

"Apa kau mau mengatakan bahwa kau sudah tahu strateginya Ryuuen-kun?"

"Ya, tapi lebih tepatnya bukan hanya Ryuuen saja. Ada orang lain yang sangat terlibat di hasil ujian itu"

Kami mencapai pintu masuk utama dan mengambil sepatu kami dari rak sepatu. Lalu kami pergi keluar dan melanjutkan pembicaraan kami.

"Jika kita berpikir tentang: Normalnya tidak akan ada cara membuat identitas 'target' ketahuan. Kau, dan Hirata juga, tidak pernah mengungkapkan kepada siapa pun fakta bahwa Kushida adalah 'target', bukan?"

"Tentu saja"

"Tapi bagaimana dengan Kushida sendiri? Jika dia dengan sengaja mengaku?"

Horikita mungkin tidak bisa memahami apa yang aku katakan sejenak di sana. Normalnya ini bukan sesuatu yang orang akan pikirkan begitu saja. Tidak ada satu pun orang bodoh yang akan mengungkapkan fakta bahwa mereka adalah 'target' itu sendiri.

"Tidak mungkin, kan? Sesuatu seperti itu... tidak ada untungnya untuk Kushida-san"

"Kau tidak bisa mengatakan dengan pasti bahwa memang tidak ada keuntungannya, kan? Misalnya, bagaimana jika sesuatu seperti membuat kesepakatan diam-diam demi mengungkapkan bahwa dia adalah 'target' dengan menggunakan pertukaran poin pribadi dari kelas lain. Sesuatu seperti itu"

"Bahkan jika itu benar... itu akan menjadi tindakan yang merugikan Kelas D. Sejak awal, jika seseorang menjadi pengkhianat, maka semuanya akan berakhir, itu pertaruhan yang terlalu berbahaya"

"Tergantung waktunya, kan? Ada banyak cara membangun kepercayaan"

"Apa kau bermaksud mengatakan bahwa dia mengkhianati sekutunya sendiri demi mendapatkan poin sementara?"

"Mungkin saja seperti itu dan mungkin saja salah. Alasannya adalah sesuatu yang hanya Kushida sendiri saja yang tahu."

Karena itulah. Untuk memastikan kebenarannya, aku mengajak Kushida.

"Jadi kau membawa aku dan Kushida-san bersama.... untuk memastikan kebenarannya?"

Setelah sampai sejauh ini, akhirnya Horikita juga memiliki alasan untuk berpikir bahwa Kushida sudah menjadi pengkhianat.

"Itu karena kau dan Kushida sepertinya sudah berbagi sesuatu yang luar biasa seperti takdir. Jika ada yang lebih berharga daripada poin pribadi untuk berubah menjadi pengkhianat, bukan hal yang lagi aneh"

Saat aku melihat untuk memastikan, Horikita dengan canggung mengalihkan tatapannya.

"Tidak ada yang seperti takdir di antara aku dan Kushida-san"

"Jika benar, apa kau bisa memberikan kepastian 100% bahwa dia tidak akan mengkhianati kelasmu?"

"Itu..."

"Jika ada sesuatu yang kau pikirkan, kita harus mengkonfirmasinya. Tidak, jika kita tidak mengkonfirmasi, semuanya akan berakhir. Kau juga bisa membayangkannya juga, kan? Tidak peduli apa pun jenis ujiannya, segera setelah seorang pengkhianat muncul dari dalam sekutumu, maka kelas tidak akan lagi mempunyai peluang untuk menang "

Ujian sebelumnya, dan ujian sebelum dari yang sebelumnya juga, dan di festival olahraga ini, aku sangat mengerti betapa mudahnya kelas menjadi runtuh hanya dengan satu pengkhianat saja.

Dalam waktu singkat, kami sudah berdiri di depan asrama dan kami naik ke lift dari lantai 1.

"Kau bebas memilih datang besok atau tidak, tapi jika kau bermaksud memimpin kelas, pikirkan baik-baik hal itu”

Aku keluar di lantai 4, di mana kamarku berada dan dengan itu, aku mengucapkan selamat tinggal kepada Horikita.


***

Sabtu pagi.

Aku, bersama trio idiot berkumpul di kamarku, bersenang-senang, berbicara tentang sesuatu yang bodoh. Tentu saja, sebagian besar aku hanya mendengarkan perbicaraan dengan sesekali pengulangan di sana-sini. Karena klub basket tidak bisa menggunakan gedung olahraga, hari ini Sudou kebetulan sedang menikmati hari liburnya. Pada dasarnya, tidak mengacuhkanku, mereka bertiga pergi.

Masing-masing dari mereka membawa secangkir mie cup yang mereka beli di depan dan menuangkan air panas ke dalamnya, mereka menunggu selama 3 menit.

"Ayanokouji, punyamu rasa apa?"

"Tom yum goong pedas. Aku tidak tahu banyak tentang rasa ini jadi aku mencoba membelinya"

"Kelihatannya enak. Tukaran dengan ramen asinku"

Dia memberikan secangkir mie dengan cumi asin di atasnya yang benar-benar membuatnya terlihat tidak cocok.

"...tidak, terima kasih"

Kenapa dia pergi keluar hanya untuk membeli ramen yang tidak diinginkan seperti itu?

“Hai Ken. Apa kau punya rencana memberi tahu Horikita?”.

"Hah? Kenapa tiba-tiba?"

"Tidak, hanya saja aku penasaran. Benarkan, Haruki?"

"Y-Ya"

Setelah melihatku dengan canggung, Yamauchi membentuk senyuman palsu. Selama liburan musim panas, setelah secara terhormat menembak Sakura dengan tegas, dia sudah mengalami kekalahan yang terhormat... biar bagaimanapun juga...

"Itu tergantung pada hasil dari festival olahraga. Jika aku mendapat pengakuan resmi, mungkin aku akan melakukannya nanti."

"Ohh~ Ini tentang permintaan memanggilnya dengan nama depannya, kan?"

Sudou, yang bertekad kuat demi menempati posisi pertama di sepanjang tahun sekolah, seolah-olah menunjukan motivasinya, dia memamerkan bisep yang berkembang dengan baik.

"Jujur. Tidak ada orang lain yang lebih baik di bidang olahraga selain aku, di antara tahun-tahun pertama. Satu-satunya yang bisa, Kouenji, mungkin tidak akan melakukannya dengan serius juga" Bagi Sudou, kurangnya motivasi Kouenji merupakan kabar baik dan patut disayangkan. "Bagiku, jika aku bisa berpartisipasi secara serius sampai tingkat tertentu, aku tidak masalah"

Ngomong-ngomong, aku memutuskan memotong pembicaraan dan bertanya kepada Ike dan yang lainnya, di mana ini membuatku penasaran.

"Ada murid bernama Sakayanagi di Kelas A, kan? Yang kakinya lumpuh. Apa kau ingat dia?"

"Gadis cantik itu, kan? Tentu saja aku mengingatnya"

Menggosok bagian bawah hidung, Ike menjawab seperti itu.

"Apa kau pernah mendengar gosip tentang gadis itu?"

"Gosip? Maksudmu dengan laki-laki? Bagaimana aku menjawabnya, gadis itu tidak punya banyak hawa kehadiran. Seperti dia sama sekali tidak akan menjadi topik pembicaraan"

Setelah mendengar itu, dan terlihat  setuju, Yamauchi menjawab seolah menambahkan jawaban Ike.

"Dari beberapa hal yang pernah aku dengar, dia adalah pemimpin kelas. Dia cukup dewasa, bukan?"

Karena mereka berdua sepertinya punya pendapat yang sama, dan pastilah terlihat tidak akan ada informasi berharga apa pun tentang Sakayanagi yang bisa didapatkan dari sini. Ketika aku berbicara, suara pesan masuk terdengar dari ponselku.

Kemudian, ketika aku memeriksa isinya, aku bisa merasakan tatapan curiga dari Ike dan Yamauchi.

"Kau ..... menerima banyak pesan  baru-baru ini, kan?"

"Ehh? Tidak. Ini biasa saja, kan?"

Aku menjawab seperti itu, tetapi karena emosi mereka sudah meningkat, mata yang mencurigai menjadi lebih jelas.

"Tidak mungkin kau punya pacar atau sesuatu seperti itu, kan?"

"Itu tidak benar. Tidak mungkin aku bisa punya pacar sebelum kalian, kan?”

"Yah, kurasa itu benar..."

Hanya dengan memperlakukan mereka dengan cara yang akan sedikit melegakan mereka, keduanya kembali ke sikap yang lebih santai.

"Aku tidak peduli jika Ayanokouji tidak populer. Yang lebih penting lagi, ayo kita bicara tentang aku dan Suzune di masa depan."

"Ngomong-ngomong, Ken, kau bekerja sama dengan Horikita di lomba tiga kaki campuran jenis kelamin, kan?"

"Ya, bersama memberikan kemenangan sebagai hadiah, kami akan semakin dekat..."

Sudou sudah mencoba menumbuhkan diskusi yang tidak menarik dan kemudian ponselku berdering lagi.

Kali ini bukan pesan, tapi alarm.

"Maaf tapi aku sudah merencanakan sesuatu sekarang"

"Apa yang kau maksud dengan itu? Sesuatu yang menarik baru saja dimulai. Baiklah, aku akan mendengarkan Kanji dan Haruki sekali lagi"

"Geh...!"

Tidak, yang lebih penting lagi, aku ingin kalian semua pergi dari kamarku... tapi daripada mendengar permintaan itu, aku harus meninggalkan mereka bertiga di kamarku saat aku pergi.

***


Sebelum jam 10 pagi, waktu yang dijanjikan dengan Kushida. Orang yang dimaksud sudah ada di lobi.

"Selamat pagi, Ayanokouji-kun"



"S-Selamat pagi, Kushida"


Musim panas sudah berakhir sehingga akan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi agar aku bisa melihat Kushida menggunakan pakaian musim panasnya. Aku bertemu dengan Kushida sambil merasa bingung tentang pakaiannya yang polos.

"Maaf tiba-tiba membuat permintaan aneh seperti itu kemarin"

"Jangan seperti itu. Aku tidak punya rencana apa pun hari ini. Selain itu, aku senang karena rasanya sedikit rindu."

"Rindu?"

"Selama ujian semester 1, Ayanokouji-kun pergi dan bertanya kepada seorang murid senior tentang soal ujian yang lalu, kan? Entah bagaimana aku merasa ini mirip dengan itu"

"Apa benar begitu?"

"Benar, benar"

Aku tidak berpikir itu sesuatu yang istimewa, tapi karena Kushida dengan senang mengangguk, aku memutuskan untuk membiarkannya. Sejujurnya aku merasa lebih nyaman membawa serta Karuizawa atau Sakura berjalan-jalan, tetapi seseorang harus mendatangi sang spesialis supaya bisa mendapatkan hasil terbaik.

Aku sudah memastikan bahwa meminta ini dari Kushida adalah yang terbaik mengingat dia adalah orang yang tepat untuk pekerjaan itu. Dan, yang lebih penting, adalah Horikita. Sudah hampir jam 10, tapi dia masih belum muncul.

Apa mungkin dia melarikan diri dari keharusan bertemu dengan Kushida? Saat aku memikirkan hal itu, dia datang.

"... Maaf membuat kalian menunggu"

"Selamat pagi, Horikita-san"

Kushida menyambut Horikita dengan senyum tak berbalas.

Di sisi lain, Horikita terlihat sedikit cemberut. Dia berusaha mati-matian menyembunyikan itu, tetapi dari sudut pandangku itu sangat jelas.

Kushida juga, mungkin menyadarinya. Tapi apa yang membuat Kushida begitu luar biasa adalah bahwa terlepas dari itu, dia mampu mempertahankan sikapnya yang biasa, tanpa sedikit perubahan. Kami bertiga meninggalkan asrama dan menuju ke arah halaman sekolah.

Halaman pada jam 10 lewat sudah penuh dengan murid.

"Woah, mereka akan melakukannya"

Dari anak laki-laki, suara bola tertendang bergema dengan 'bon'. Lambungan bola berbentuk kurva menuju ke arah gawang. Itu merupakan orbit yang indah, tapi mungkin terlalu mudah terbaca dengan tepat karena sebagai kiper, dengan refleks tajam, memukul bola dengan pukulan.

Sosok Hirata juga bisa dilihat di tengah-tengah pertandingan. Mungkin karena tim ini terdiri dari campuran anak tahun pertama hingga tahun ketiga, tetapi ada juga murid yang tidak aku kenal.

"Mengincar klub agar bisa memahami informasi tentang murid dari kelas lain. Entah bagaimana, itu membuatku merasa seperti aku adalah seorang mata-mata. Ini sangat menarik"

"Tidak ada yang spesial. Informasi yang bisa kita dapat di sini terbatas"

"Tapi Horikita-san tidak berpikir begitu, kan?"

"Tidak ada yang lebih baik daripada mendapatkannya. Tidak ada petunjuk apa pun.”

"Mungkin.... tapi kau baik-baik saja, Ayanokouji-kun? Bekerja sama demi Horikita-san?"

"Mau bagaimana lagi, karena dia akan menjadi menjengkelkan jika aku bilang tidak"

"Kau punya keberanian mengatakan itu, sedang aku berada tepat di depanmu!"

Mengabaikan satu kata menakutkan dari kalimat seseorang yang dimaksud, aku memusatkan perhatianku ke lapangan.

Karena sudah melakukan tendangan sudut, orang-orang di klub sepak bola, sambil berjalan dengan tenang, berlomba-lomba menuju posisi mereka. Tidak lama sebelum pertandingan dilanjutkan, perkembangan yang cepat pun terjadi. Dan kami juga hampir secara fisik dapat merasakan kembalinya pertandingan yang semakin panas.

Saat Kushida tersenyum, aku merasa tidak nyaman tentang keadaan kami bertiga. Cukup mengherankan, orang yang memulai itu adalah Kushida.

"Orang yang memutuskan untuk mengajakku ke sini hari ini adalah Ayanokouji-kun, kan?"

"Kenapa kau berpikir begitu?"

"Maksudku, aku tidak bisa membayangkan Horikita-san mengajakku” 

Masih tersenyum, dan setelah sempat melihat ke Horikita, Kushida berbalik kepadaku.

"Kau pikir Horikita tidak akan mengajakmu, kenapa?"

"Ahaha, Kau ini bagaimana sih Ayanokouji-kun? Kau tau kan ada banyak hal yang tidak berjalan terlalu baik di antara aku dan Horikita-san?"

Karena aku sudah tahu tentang itu, Kushida berkata demikian tanpa berusaha menutupinya. Horikita juga, mendengarkan dengan tenang tanpa menyangkalnya.

"Jujur, aku masih tidak percaya, atau lebih tepatnya, aku masih setengah ragu"

Bola ditendang melayang ke arah tim yang menunggu di dekat gawang. Orang yang terampil menerimanya adalah Hirata. Namun, karena membidik tembakan itu terlalu sulit, dia malah memberikan bolanya kepada rekan setimnya.

Orang itu adalah murid Kelas B yang tidak asing. Bola ditendang dengan waktu yang sempurna dan dengan luar biasa langsung terbang ke gawang.

"Jadi Shibata dari klub sepakbola"

"Ya. Hirata-kun sering memuji bahwa Shibata itu jauh lebih baik dari dia. Sepertinya mereka dekat"

Seperti yang diharapkan, Kushida yang memiliki informasi jauh lebih banyak terlihat sudah mendengar sesuatu seperti itu juga. Setelah pertandingan dimulai lagi, bola datang lagi ke Shibata saat dia berlari di sekitar tim musuh dengan gerakan lincah.

"Kecepatannya juga cukup cepat"

Dia sama dengan Hirata... tidak, jika hanya kecepatan, maka Shibata terlihat lebih cepat. Tidak terlihat seperti Hirata hanya bersikap rendah hati.

"Ohh, mereka melakukannya. Mereka sangat bersemangat hari ini, ini luar biasa!"

Sosok laki-laki tinggi yang mengenakan seragam klub sedang berjalan melewati para penonton, yaitu kami. Aku berasumsi bahwa dia sudah berlatih dengan beberapa olahraga lain, jadi itu adalah sepak bola.

"Selamat pagi, Nagumo-senpai"



Mungkin Kushida kenal denganny.a Dari sampingku, Kushida memanggilnya. Di sisi lain, menuju seseorang bernama Nagumo, Horikita memberikan respon yang hampir tidak terlihat.

Itu karena dia adalah kandidat ketua dewan murid berikutnya dan seseorang yang kemampuannya sama dengannya adalah saudara Horikita.

"Hmm? Jika aku tidak salah ingat, kau itu Kikyo-chan kan? Kau berkencan dengan anak laki-laki di hari liburmu?  Boleh juga."

"Ahaha, bukan seperti itu... aku penasaran dan datang ke sini untuk menonton"

"Tenang saja. Klubku tidak tahu bagaimana cara menahan diri, jadi aku pikir kau tepat jika  kau memutuskan datang untuk mengukur kemampuan mereka"

Nagumo mengedipkan mata, lalu menuju ke lapangan untuk bergabung.

Rupanya dia sudah melihat niat kami.

Suasana klub sepakbola berubah secara dramatis, dimulai dengan Hirata, ketika Nagumo bergabung dengan mereka.

"Hei, apa sekolah kita baik-baik saja jika membiarkan seseorang memegang posisi dewan murid dan klub sekaligus?"

"Sepertinya tidak secara tegas dilarang, tapi dia sepertinya sudah meninggalkan klub sekarang. Tapi meskipun dia sudah berhenti, dia masih yang terbaik sehingga dia muncul untuk latihan dari waktu ke waktu dan melatih mereka"

"Apa kau bisa berlatih seperti itu, Nagumo?"

"Ya. Aku ketiduran, tapi kemudian setelah berlari beberapa putaran, seluruh tubuhku menjadi hangat"

Seorang murid berbicara dengan Nagumo dan pertandingan dilanjutkan. Dalam sekejap, baik bola dan pemain, semuanya berkumpul di sekitar Nagumo. Dia mungkin bisa diandalkan sebagai rekan setim dan berbahaya sebagai musuh.

Dia terlihat berada di tim sebagai lawannya Hirata dan Shibata. Saat situasi berubah, Nagumo terasa bersinar.

Hirata menghadapi Nagumo untuk mencuri bola itu. Gerakannya seharusnya sama tajamnya seperti sebelumnya, tapi hampir seperti meladeni bayi, dia akhirnya dilewati dengan sempurna.

Tepat setelah itu, Shibata juga menyerang Nagumo, tetapi Nagumo membuat beberapa tipuan sebelum melewatinya juga.

Aku yakin mereka berdua sangat berbakat, tapi Nagumo berada di level di atas mereka.

Melewati satu orang lagi, dia melepaskan tembakan kuat dari jarak jauh. Bola yang terbang seperti kurva menakutkan melebihi prediksi kiper dan cukup cepat, dia mencetak gol.

"Jadi pangkat ketua dewan murid yang akan digantikan bukan hanya untuk ditunjukan."

"... Tapi itu hanya karena atletis."

Sepertinya Horikita tidak punya niat secara jujur ​​mengakui Nagumo karena dia tidak bisa melihat gambaran lengkap mengenai dirinya. Bahkan ketika aku bertukar kata dengannya, aku melirik Kushida yang sedang menonton pertandingan untuk mengintip ekspresinya.

Dia tersenyum seperti biasa dan tidak ada satupun jejak dari sifat aslinya yang bisa dilihat.

"Bahkan jika kau menatapku dengan mata itu, itu hanya akan membuatku malu"

Seakan bisa membaca pikiranku, Kushida bertemu dengan tatapanku dan tertawa.

"Aku berjanji tidak bertanya lebih jauh, jadi bisakah kau memberitahuku satu hal?" Di hadapan pihak-pihak yang berkepentingan, aku dengan berani masuk ke area yang seharusnya tidak bisa diganggu gugat. "Apa penyebab hubunganmu dengan Horikita sangat buruk?" Dan aku menambahkan satu hal lagi. "Ini memang cara yang tidak adil untuk dibicarakan. Memintamu memberi tauku dengan berjanji tidak akan bertanya lebih jauh"

Itu adalah tipuan psikologis tetapi Kushida, di atas pemahaman itu, mengerti pertanyaanku.

"Itu sungguhan, kan?”

"Ya, aku janji"

Selama dia membenci pihak lain, wajar jika menyalahkan mereka sebagai gantinya. Namun...

"Inilah aku"

Bahkan saat dia membalikkan matanya kembali ke pertandingan sepak bola, Kushida dengan ringan menjawab seperti itu. Itu adalah jawaban yang mengkhianati harapanku. Bahkan saat dia mengakui bahwa dialah yang bersalah, dia masih membenci Horikita. Itu merupakan penyangkalan.

Aku akan mengatakan bahwa aku relatif bagus membaca pikiran seseorang, tetapi seperti yang aku pikirkan, Aku tidak bisa menebak Kushida. Selain itu, aku juga mulai tidak lagi memahami Horikita. Horikita sudah menyimpulkan sejak awal bahwa dia dibenci oleh Kushida, namun dia tidak berbicara kepadaku tentang hal ini.

Situasi ini masih belum berubah bahkan sampai sekarang. Namun, menilai dari cara Kushida menanggapinya, Horikita mungkin tahu penyebab kebencian Kushida terhadapnya.

Tetapi bahkan jika aku bertanya kepada Horikita, dia tidak akan menjawab sepatah kata pun tentang Kushida. Kenapa?

Fakta bahwa tak satu pun dari mereka bersedia berbicara tentang rinciannya pasti itu berarti bahwa mereka tidak ingin yang lain tahu.

"Aku berhenti. Aku mulai merasa, hanya memikirkannya saja juga sudah buang-buang waktu"

"Ahaha, itu benar. Saat ini prioritas kita adalah melakukan pengintaian dan mengumpulkan informasi, kan?"

"Aku seharusnya..."

"Ahh, ngomong-ngomong, yang menggiring bola sekarang adalah Sonoda-kun dari Kelas C. Dia cukup cepat"

Seperti yang diharapkan, para murid di klub sepak bola semuanya lincah. Satu-satunya yang ada di kelas kami yang bisa bersaing adalah Hirata dan Sudou dan dalam kontes, murni bahwa mereka masih bisa dirugikan.

"Tapi Horikita-san yang menjaga kelas kita.... itu membuatku bahagia"

"Aku berniat melakukan apa yang diperlu demi naik ke Kelas A, jadi mau bagaimana lagi”

"Aku harus bekerja lebih keras agar aku bisa berkontribusi untuk orang lain"

Aku tidak bisa merasakan sedikit kesopanan.

Ketika aku menyaksikan latihan berlangsung untuk sementara waktu, para pemain yang sudah selesai dengan pertandingan mereka memulai beristirahat. Seakan melakukan hal yang sama, Nagumo memanggil Hirata dan berbicara dengannya.

Kemudian mungkin dia menyadari bahwa kami sudah menonton pertandingan itu, Hirata mendekati kami.

"Selamat pagi, kalian berdua. Tidak biasanya kalian berada di tempat seperti ini"

Melihat kami berbicara dari kejauhan, Shibata juga datang berlarian dan kelompok 5 orang yang tidak biasa terbentuk.

"Selamat pagi, Kikyo-chan. Dan juga... Ayanokouji dan Horikita-chan, kan? Apa kau kencan dengan dua gadis cantik?"

"Tidak, bukan itu"

Aku berkenalan dengan Shibata tetapi aku tidak mengira dia mengingat namaku dengan benar. Itu membuatku sedikit senang dan aku dengan putus asa menekan wajahku yang hampir tersenyum.

"Ada apa hari ini?  Kombinasi yang tidak biasa"

 Sambil merasa menghargai Hirata, yang tidak mencurigai sesuatu yang aneh, aku memutuskan berani mengatakan yang sebenarnya.

"Ini pengintaian. Kami datang untuk menandai murid-murid dari kelas lain yang harus kami awasi"

"Ohh. Jadi itu artinya Shibata sudah ditandai?"

Shibata dengan cepat melangkah maju, memamerkan kecepatannya. Keceriaan dirinya yang tidak berusaha menyembunyikan kemampuannya. Aku bertanya-tanya apakah itu karena dia adalah bagian dari Kelas B di bawah kepemimpinan Ichinose atau karena itulah sifatnya.

"Shibata-kun secepat yang rumor katakan. Baik Ayanokouji-kun dan aku terkejut"

Dipuji oleh gadis cantik, Shibata dengan senang mengusap bagian bawah hidungnya dengan jari telunjuk.

"Shibata-kun adalah orang yang perlu kita beri perhatian khusus. Di Kelas B, dia yang tercepat. Bagiku, aku lebih suka tidak berlari dalam kelompok yang sama dengannya"

"Bahkan jika kau mengatakan hal seperti itu, aku tidak akan membiarkan pertahananku jatuh, Yousuke. Karena kau juga cepat. Bagaimana dengan Ayanokouji?"

"Karena aku bagian dari klub ‘go home’ tolong simpulkan sendiri"

‘Benar juga’ seolah mengatakan itu, Shibata menyilangkan lengannya dan tertawa.

Setelah mengamati latihan klub sepakbola secara terbuka, kami meninggalkan tempat itu. Dan kami memutuskan untuk berkeliling dan menonton klub lain yang melakukan kegiatan mereka. Tetapi meskipun seperti itu,  paling-paling hanyalah kisah resmi.

Apa yang sebenarnya ingin aku ketahui, apa yang benar-benar harus aku ketahui, itu berbeda. Aku sudah mengaturnya. Apapun yang mereka berdua akan pikirkan adalah sesuatu yang aku putuskan untuk kuserahkan kepada mereka.

"Kushida-san. Aku tidak tertarik padamu" kata horikita

"Woah, itu kata kasar yang tiba-tiba...."

"Tapi sekarang ada sesuatu yang harus aku tanyakan padamu. Aku penasaran, apa kau bisa menjawabku?"

"Hari ini sepertinya adalah hari memata-matai bersama Ayanokouji-kun. Ada apa?"

"Selama ujian kapal di liburan musim panas. Apa kau memberi tahu Ryuuen-kun atau Katsuragi-kun tentang kau yang menjadi 'target'?" Aku sudah berharap dia akan bertanya dengan jelas sampai tingkat tertentu, tetapi dia benar-benar langsung ke intinya. Menuju Kushida, yang masih terkejut dan bingung, Horikita terus seperti ini. "Tidak apa-apa jika kau tidak menjawab. Karena tidak ada gunanya menggali masa lalu. Itu sebabnya aku hanya akan meminta satu hal. Apa aku bisa mempercayaimu sebagai teman dari kelas yang sama mulai dari sekarang?"

"Tentu saja. Aku ingin membidik Kelas A bersama dengan semua orang dari Kelas D. Aku ingin kau memasukkanku sebagai salah satu rekanmu, itu persis seperti yang aku katakan sejak awal" Perasaan yang tidak berubah sedikitpun, adalah apa yang dikatakan Kushida. "Aku tidak tahu kenapa kau mengatakan hal seperti itu kepadaku, tapi aku ingin kau percaya padaku"

Kushida tersenyum kepada Horikita, bahkan saat dia membuat seruannya dengan ekspresi serius.

“Jadi, aku akan pulang. Aku akan menyerahan pengintaian yang tersisa kepada kalian berdua"

"Hah? Hei! apa yang kau bicarakan, Ayanokouji-kun?" Jawab Horikita

"Orang yang memikirkan strategi ini sejak awal adalah Horikita. Sudah cukup jika kau punya koneksinya Kushida, kan?"

Mengatakan itu, aku bergerak meninggalkan tempat ini.

***

Berbagai macam latihan menumpuk dari hari ke hari dan akhirnya, hanya ada satu minggu yang tersisa hingga festival olahraga. Hari ini kami harus menyerahkan tabel partisipasi dan memutuskan peserta dari setiap perlombaan. Saat Hirata berdiri di beranda, Kushida menghadap papan tulis dan memegang kapur, dia menempatkan semua persiapannya.

"Jadi mulai sekarang, aku akan memutuskan pasangan terakhir untuk semua lomba dan kontes"

Dia berbicara berdasarkan catatan yang berisi catatan harian kelas. Pasangan terbaik seperti yang dibahas oleh kelas dan urutan yang menggabungkan strategi kemenangan. Kemudian semua orang menghafalkan peran mereka dalam perlombaan dan kontes.

Tidak ada seorang pun murid yang keberatan dengan hasil ini yang didasarkan pada prestasi mereka sampai sekarang. Semuanya berjalan tanpa pertengkaran.

"...untuk lari estafet 1200 meter di akhir, barisan terahir adalah Sudou-kun, lalu..."

"Kedengarannya masuk akal"

Aku menghormati itu sebagai kombinasi yang memperhitungkan keterampilan individu serta menghormati keinginan mereka. Dalam lomba yang menonjol di akhir, lari estafet, murid cepat seperti Horikita yang membentuk barisan.

Dengan semua kemungkinan, kombinasi yang lebih ideal tidak mampu dipikirkan oleh murid lain. Namun, penghuni tempat duduk di sebelahku, untuk beberapa alasan terus menatap papan tulis dengan ekspresi tidak percaya.

Tepat setelah diskusi berakhir dengan lancar, Horikita berdiri dari tempat duduknya. Saat aku bertanya-tanya ke mana tepat yang dia tuju, ternyata itu adalah kursi Sudou.

Aku penasaran dan menguping.

"Ada apa?”

"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Bisakah kau ikut denganku?"

“T-Tentu saja"

Sudou, yang dipanggil seperti itu, buru-buru berdiri.

"Hirata-kun, bisakah aku meminta waktumu juga?"

Horikita, yang mulai berjalan pergi setelah itu, untuk beberapa alasan juga memanggil Hirata dan membawanya ke bagian belakang kelas. Sudou, yang pasti terkejut, dengan cepat menjadi kecewa.

"Aku punya satu hal yang ingin dibahas mengenai tabel partisipasi yang kita putuskan sebelumnya. Ini tentang lari estafet 1200 meter yang akan berlangsung di akhir festival olahraga. Aku mau kau menyerahkan posisi akhir kepadaku"

Sudou memberikan kebingungan sesaat dalam menanggapi pernyataan tak terduga itu.

"Tidak, tapi... yang terakhir biasanya ditangani oleh yang tercepat kan? Atau apa kau keberatan dengan aku sebagai yang terakhir?"

Antara anak laki-laki dan perempuan, ada perbedaan mendasar dalam kemampuan fisik. Horikita memang cepat di antara gadis-gadis lain, tetapi jika dia dicampur dengan kelompok anak laki-laki, maka dia tidak akan bisa mengalahkan mereka, bahkan Hirata.

Wajar kalau Sudou, yang setara atau lebih cepat dari Hirata, harus menjadi yang terakhir membawa tongkat. Sudou juga jelas mengira bahwa dia yang akan melakukannya dan mungkin tidak bisa menerimanya begitu saja.

"Tidak, bukan itu. Dari latihan, aku mengerti kemampuanmu dengan baik"

"Kalau begitu tidak masalah kalau itu aku, kan? Kalau pelari ke-5 ....."

"Bukan berarti aku tidak punya alasan. Kau juga cocok jika di awal estafet, Sudou-kun. Kalau begitu, kupikir menjadikanmu pelari pertama dan menyingkirkan musuh kita adalah strategi yang bagus. Dengan memintamu memimpin barisan depan, kita akan tetap memimpin dan mendapatkan pertandingan yang menguntungkan. Jika ini adalah perlombaan individu, dengan menciptakan rintangan di awal sangat mungkin untuk melindungi jalurmu, tetapi ketika di lari estafet yang tidak sendirian. Mulai dari pelari ke-2, semuanya akan menjadi yang pertama datang dan boleh saja membuatmu beraada di sana, kan? Dan jika kita diselip, itu akan ditentukan oleh seseorang mulai dari pelari ke-2 seterusnya, kita diizinkan untuk menggunakan jalur luar untuk menyusul mereka"

Dengan kata lain, Horikita ingin menjadikan Sudou sebagai pelari pertama untuk strategi berlari lebih cepat.

"Tapi....."

Tapi sepertinya Sudou tidak yakin. Dalam hal ini aku juga punya pendapat yang sama. Tentu saja jika seseorang bisa melakukan start dengan baik kemudian mulai dari pelari ke-2 dan seterusnya, pekerjaan mereka akan menjadi lebih mudah. Aku mengerti ini. Namun, hanya karena dia akan mengambil barisan depan, bukan berarti dia bisa melepaskan lawan yang lebih berbahaya. Sebaliknya, dengan menggunakan Sudou di sini, situasi di mana lawan bisa menutup celah sedikit demi sedikit nantinya juga akan menekan pelari berikutnya. 

Di sisi lain, dengan menjadikan Sudou sebagai yang terakhir, ada kemungkinan bahwa dia mampu mengeluarkan kekuatan yang lebih dari biasanya di putaran terakhir. Jika ada target di depannya mengejar, itu artinya dia akan memiliki lebih banyak semangat juang di dalam dirinya.

"Yang terakhir biasanya diserahkan kepada orang yang paling cepat dalam kelompok, kan?"

"Ini sekolah yang menuntut prestasi, kan? Tidak bagus memutuskan berdasarkan asumsi. Kelas-kelas lain juga pasti sedang memikirkan berbagai strategi"

Aku bisa mengerti dari mana dua pendapat ini berasal, tetapi dalam kasus ini, aku merasa Horikita sedang sedikit sombong. Ada banyak masalah mental, tetapi pada dasarnya tidak banyak perbedaan dari permintaan itu.

Menjadi janggal di start lari dan tidak bisa menyerahkan tongkat dengan benar. Hal-hal seperti itu tidak akan banyak berpengaruh pada hal lain selain sisi teknis.

Namun, baik itu Horikita atau pun Sudou, aku mendapat kesan bahwa mereka bisa tampil baik dalam hal itu.

Jika demikian, maka itu berarti ada alasan lain mengapa Horikita ingin menjadi yang terakhir di estafet. Jika itu Ike atau Yamauchi, bisa jadi mereka ingin menjadi menonjol, tapi itu sulit dibayangkan di sini. Maka tidak salah lagi...

"Aku pasti akan menghasilkan hasil yang lebih baik daripada di prakteknya"

Pada akhirnya, Horikita mengeluarkan pernyataan tanpa dasar dan membuat permintaannya.

"Aku tidak setuju. Itu tidak seperti kau, Horikita"

Usulan ini misterius, sampai-sampai itu membuat Sudou memotong seperti itu.

"Umm ... bisakah aku mengatakan sesuatu?"

Mungkin dia ingin tahu tentang diskusi itu, Kushida bergabung secara resmi.

"Ahh, maaf. Aku mendengarnya sedikit. Dan itulah kenapa aku berpikir mungkin ada beberapa alasan lain kenapa Horikita-san ingin menjadi yang terakhir"

"Itu..."

"Jika itulah yang terjadi, maukah kau memberitahu kami? Aku tidak bisa berpikir dengan baik. Sudou-kun juga menolaknya tanpa mengerti. Tapi jika kita mengubah urutan yang diputuskan oleh semua orang di kelas, maka aku akan senang jika bisa mendengarkan alasan yang lebih baik"

"Aku setuju dengan Hirata. Tolong beri kami alasan yang lebih baik"

Horikita membuat wajah yang rumit. Tetapi mungkin dia berpikir satu-satunya cara untuk mendapatkan posisi tersebut adalah membicarakan kebenarannya, dia mulai berbicara tentang alasannya.

"Karena aku pikir kakakku... akan berada di posisi itu.... Saudaraku itu..... ketua dewan murid.... Ya. Dia saudaraku"

Keberadaan ketua dewan murid diketahui oleh semua orang, tetapi tidak semua orang membuat pemahaman dari nama keluarga Horikita.

Bukan berarti nama keluarga itu tidak umum, dan bahkan ketika kami membayangkannya samar-samar hingga menjadi alasan mengapa kami tidak menanyakan itu adalah karena Horikita sendiri tidak mengatakan apa-apa dan juga karena penampilan luar saja mereka tidak mirip.

Ketiganya menunjukkan ekspresi terkejut pada fakta itu.

"Kau mau menjadi yang terakhir bersama saudaramu, kan?"

Kushida mendengar alasannya, tapi hanya dengan itu saja, sepertinya dia tidak mengerti. Namun, Horikita tidak berbicara lebih jauh tentang urusan pribadinya. Aku memutuskan untuk memberikan sedikit bantuan kepadanya.

"Banyak hal terjadi dan mereka saat ini sedang bertengkar. Dia mungkin ingin punya kesempatan berbaikan dengannya"

Itu mudah dimengerti, dan aku harus memuji diri sendiri karena bisa menambahkan garis seperti itu yang bukan kebenaran atau kebohongan.

Untuk sesaat, Horikita memelototi aku yang menguping tetapi segera berbalik ke arah Sudou dan yang lainnya.

"Aku tidak tau apa yang terjadi, tapi begitula. Lalu ..... seperti aku, aku masih ingin menjadi yang terakhir bahkan sampai sekarang, tapi jika itulah yang terjadi, maka aku tidak keberatan menyerahkannya kepadamu"

"Kurasa itu tidak masalah. Jika Sudou-kun puas, aku yakin semua orang di kelas tidak keberatan, benarkan?"

"Itu benar. Aku mengerti, jadi aku akan mengirimkannya setelah menukar Horikita-san dan Sudou-kun. Apakah itu tidak masalah?"

"Terima kasih......"

Tentu saja jika bukan karena kesempatan seperti ini, tidak mungkin bagi Horikita dan kakaknya melakukan kontak dekat seperti ini.

Bahkan jika dia tidak punya keberanian untuk melakukan kontak dengan dirinya sendiri, jika itu adalah lomba, maka mereka akan secara paksa saling berdekatan. Namun, keputusan Horikita ini belum tentu akan dihargai. Hanya dengan mendekati kakaknya yang keras kepala itu, aku tidak bisa membayangkan sesuatu akan terjadi.


14 komentar: