Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Chapter 1 Volume 4.5 - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Selasa, 19 Desember 2017

Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Chapter 1 Volume 4.5



IBUKI MIO MENGEJUTKAN BANYAK ORANG DENGAN SIKAP NORMALNYA

Ujian khusus.

Hal pertama yang terlintas di dalam pikiran saat mendengar kata tersebut umumnya adalah menuliskan jawaban ujian atau tes sederhana yang berhubungan dengan olahraga atau sesuatu yang berkaitan dengannya. Namun, di sekolah yang aku masuki, SMA Kōdo Ikusei, ujian khusus bukanlah hal yang sederhana seperti itu.

Ujian khusus dimana kelas menyerang kelas yang lain di sebuah pulau tak berpenghuni atau permainan yang menuntut kemampuan berpikir dengan si pembohong yang menyerang si pembohong di kapal pesiar. Ujian semacam itu yang melampaui logika terus berlanjut satu demi satu selama liburan musim panas.

Untuk tahun pertama sepertiku, waktu istirahat yang singkat, termasuk hari ini, hanya sampai ke nomor 7 (Satu minggu). Setelah waktu tersebut habis, semester kedua akan dilanjutkan.

Dan omong-omong, caraku menghabiskan liburan itu cukup sederhana. Aku hanya menghabiskan hari demi hari tanpa menelpon siapa pun atau berbicara kepada siapapun. Dengan kata lain, menyendiri.

"Aku juga tidak keberatan"

Aku sudah puas hanya dengan kebebasanku, aku tidak menginginkan adanya kebahagiaan yang lebih. Bukan berarti aku menginginkan teman milikku sendiri. Tapi baru-baru ini, aku mulai memikirkan hal seperti itu.

Semakin banyak koneksi yang aku lakukan dengan orang-orang, semakin banyak orang-orang yang bisa aku ajak bersenang-senang. Tapi itu sendiri adalah sebuah probelatika. Jika salah satu temanku mengajakku keluar, ada kemungkinan aku akan sangat senang dengan itu. Tapi meski dalam kesendirian, ada hal yang masih bisa aku lakukan.

Sebenarnya aku sedang melakukan salah satu dari hal itu sekarang, menggunakan ponselku untuk mengakses sisa poinku. Aku melihat di layar bahwa saat ini aku memiliki 106.219 poin. Dari mereka, aku mentransfer 100.000 poin ke salah satu teman sekelasku, Sudou Ken. Dan tak lama kemudian, orang yang menerima transferan itu, Sudou, menelponku.

"Yo, Ayanokouji, apa yang kau lakukan sekarang?" dia bertanya.

"Tidak ada yang spesial. Aku hanya ingin tahu apa yang harus aku makan ketika makan malam"

"Aku mengerti. Aku makan beberapa Sasami sekarang. Rasanya sederhana dan akan sangat mudah merasa bosan, tapi untuk itu, aku bisa sedikit mengakalinya. Aku bisa memanggangnya atau merebusnya... Tapi, apa-apaan itu? Itu tidak penting. Yang ingin aku tanyakan adalah tentang peramal”

Peramal? yah, itu sebuah kata yang tidak bisa aku tebak dari apa yang akan Sudou katakan.

Normalya, Sudou yang berpikir di dalam hitam dan putih, lebih menyukai hal-hal yang sederhana seperti Sasami yang baru saja dia makan. Aku tidak pernah menduga Sudou bisa membicarakan hal-hal yang abstrak seperti peramal.

"Intinya, Sepertinya ada peramal yang benar-benar akurat di sini, di Keyaki Mall yang hanya ada di liburan musim panas, sepertinya itu sedang nge-tren di antara senior, bahkan di klubku, semua orang membicarakan peramal tersebut. Begitu aku mendapatkan 'poin tambahan', aku juga merasa seperti ingin bermain di sana. Itulah sebabnya kita akan pergi bersama-sama. Tentu saja aku yang akan mentraktirmu”

Itu adalah undangan untuk bersenang-senang bersama dengan teman sekelasku, Sudou. Berbicara tentang Keyaki Mall, sepertinya itu adalah fasilitas yang sering digunakan oleh murid. Karena murid diwajibkan untuk tinggal di sekolah, maka perlu disiapkan fasilitas yang dibutuhkan bagi murid.

Tapi sesuatu seperti itu tidak beragam dan terbatas, tidak seperti di dunia luar. Misalnya, tidak ada konser idol, tidak ada taman hiburan dan tidak ada kebun binatang. Karena daerahnya terbatas, fasilitasnya tentu saja juga terbatas.

Sederhananya, ini murupakan dunia kecil dan Sekolah termasuk yang seperti itu, kapan pun sesuatu yang baru muncul, itu selalu terjadi tren di kalangan murid, tapi aku tidak pernah menduga bahwa peramal yang akan menjadi tren. Itu hal yang tidak terduga. Tapi meski begitu, aku membalas dengan nada yang positif.

Karena tidak ada yang pernah mengajakku untuk bersenang-senang bersama mereka sebelumnya, aku merasa sangat bahagia sampai-sampai aku tidak bisa menghentikan perasaan ini dan dengan cepat menanyakannya kembali.

"Kapan kau akan pergi?"

"Besok pagi, sepertinya di jam 10, tapi jika kau tidak pergi ke sana lebih cepat sepertinya kau akan terjebak di dalam antrian, kita harus sampai di sana jam 9:30"

Sepertinya, Sudou sudah memiliki jadwal yang dia rencanakan di kepalanya, itu artinya, ini akan menghemat waktu kami.

"Aku tidak keberatan, tapi bagaimana dengan klubmu?" Aku bertanya kepadanya.

"Ya, turnamen yang aku ceritakan beberapa waktu yang lalu sudah berakhir saat ini, jadi tidak masalah. Kami berlatih setiap hari sampai kami tumbang, kau tahu. jika mereka tidak membiarkan kami beristirahat sesekali, tubuh kami tidak akan bertahan”

Sudou berada di turnamen bola basket hari ini. Meskipun diam-diam dia sudah berlatih sendirian setiap hari, aku khawatir dengan hasil turnamen  dan hal yang lainnya.

"Apa kau memiliki 'masalah'?"

Aku memastikan untuk menekankan kata 'masalah' sehingga Sudou bisa mengerti maksudnya dengan cepat.

"Ya, itu cukup sulit. Direktur dan pelatih, semuanya ada di sana,  level pengawasannya bahkan tidak bisa dibandingkan dengan hari-hari di SMP. Kami bahkan tidak diperbolehkan chattingan dengan murid dari sekolah lain kecuali berbicara secara langsung selama pertandingan. Dibatasi dengan hanya pergi sejauh ke toilet saat kami istirahat. Kupikir ini mustahil”

Meskipun kegiatan klub secara teknis berada di luar sekolah, sepertinya sekolah tersebut masih melakukan pengawasan yang luar biasa.

"Tapi biar bagaimanapun, Aku sudah berhasil entah bagaimana, aku berhasil melewatinya dengan tekat" katanya.

"Aku mengerti, bagaimana dengan Yamauchi?"

"Aku sudah memastikan untuk menghapus datanya, jadi jangan khawatir, Setidaknya aku sangat mengerti."

Bahkan kehidupan sekolah Sudou pun sudah berkembang, sehingga dia tidak akan melakukan sesuatu yang berbau busuk. Tapi untuk berjaga-jaga, aku harus segera bertemu dengan Yamauchi untuk memastikan bahwa data sudah terhapus, hanya untuk berada di posisi yang aman.

"Omong-omong, apa kau berhasil bermain di dalam pertandingan yang penting ini?"

"Ya, dan di antara angkatan yang baru, hanya aku yang bisa bermain, aku bahkan mendapat pujian spesial untuk itu, tapi aku kalah di dalam pertandingan jadi tidak banyak yang bisa dibanggakan"

Aku tidak tahu banyak tentang ini, tetapi bisa debut di dalam sebuah pertandingan sebagai tahun pertama itu sendiri adalah hal yang membanggakan. Dan dari kata-kata Sudou, aku merasakan lebih banyak kesabaran daripada perasaan frustrasi.

Sebaliknya, dia harus terus mendapatkan hasil di klub bola basket. Dia mungkin berlatih dengan keras untuk turnamen ini. Apalagi karena tahun pertama sibuk bersekolah demi ujian khusus, jadi untuk menebusnya, dia pasti sudah berlatih lebih keras dari murid yang lainnya.

"Jadi apa yang akan kau lakukan? Kau akan pergi atau tidak?" Sudou bertanya padaku

"Tidak ada yang aku rencanakan, jadi aku pikir aku akan pergi"

Setelah aku setuju untuk ikut, Sudou mengubah pembicaraan dan berbicara kepadaku,

"Pastikan untuk mengajak Suzune juga, benar-benar mengajaknya. mengerti?"

"...Aku mengerti"

Sepertinya Sudou tidak pernah ingin memintaku pergi menemui peramal tapi lebih ingin pergi bersama Horikita. Dia pasti merasa; bahkan jika dia mengundangnya, kemungkinan dia akan menerima penghinaan, karena itu dia menjadi bergantung kepadaku.

"Asal kau tahu saja... Aku rasa dia tidak tertarik dengan peramal" kataku padanya.

"Meski begitu, pastikan untuk mengajaknya. Inilah satu-satunya keahlian spesial yang kau miliki, bukan?"

Keahlian apa? Aku ingin dia berhenti menggunakanku sebagai mesin undangan untuk Horikita.

"Aku akan coba bertanya kepadanya, tapi jangan berharap terlalu banyak"

"Mencoba itu masih belum cukup"

"Belum cukup?....."

Aku merasa bahwa kata-kata Sudou sedikit mengandung kemarahan. Dia berencana pergi esok hari dengan asumsi bahwa Horikita pasti ada di sana.

"Kau harus benar-benar melakukannya. Jika kau tidak mengajak Horikita, tidak ada artinya semua ini"

"Bahkan jika kau mengatakan itu, aku juga tidak tahu rencana untuk besok. Dan masih belum pasti apakah dia tertarik dengan peramal atau tidak. Bisakah mengajaknya pergi untuk berbelanja atau menonton film?"

"Jangan khawatir, setiap perempuan menyukai peramal" kata Sudou.

Aku pikir itu hanya teori ...

Tapi bagaimanapun, anak perempuan memang memiliki citra yang menyukai peramal. Tapi ketika sampai kepada Horikita, aku tidak bisa membayangkan jika dia bertingkah seperti perempuan normal dan menikmati ramalan.

"Kau mengerti? Apa kau akan mengajaknya atau tidak? pastikan untuk memberi tahuku. Kau mengerti?”

Dan setelah mengatakan itu, Sudou menghentikan pembicaraan dengan paksa. Kupikir aneh jika Sudou mengajakku pergi untuk bersenang-senang, sepertinya inilah yang sebenarnya dia inginkan.

Sementara aku merasa sedikit kecewa, dengan cepat aku mengubah perasaanku. Sebaiknya aku cepat menghubungi Horikita. Jika Sudou tahu bahwa aku mengabaikan permintaannya, itu akan merepotkan untukku juga. Sebelum aku lupa, aku langsung menelpon Horikita disini. Dan segera, Horikita menerima telepon itu.

"Hei Horikita, apa kau suka peramal?"

Semua perempuan menyukai peramal. Jika ada perempuan yang mampu menghancurkan anggapanku tentang perempuan pada umumnya, tidak diragukan lagi jika itu adalah perempuan ini.

"Kau mengatakan hal yang paling aneh sebagai pembukaan" kata Horikita.

Itu benar. Tapi bagiku, aku tidak punya kesempatan lain untuk membuka pembicaraan, jadi tidak ada pilihan lain.

"Akan sangat membantu jika kau menjawabku"

"Jadi, itu berarti jika aku tidak menjawabnya sama sekali, ada kemungkinan kau tidak akan selamat?"

Aku tidak berharap dia akan membalas seperti itu, tapi memang ada kemungkinan bahwa aku tidak akan selamat jika dia tidak menjawab. Bayangan Sudou yang menempatkanku di kuncian tangan muncul dalam pikiranku.

"Jadi, maukah kau menyelamatkanku?"

"Jika kau tidak keberatan denganku"

Jadi, aku akan dianggap bahwa aku hanya menuntut untuk menjawab ‘apakah dia menyukai peramal?’, huh?

Aku menahan keinginan untuk menggerakkan jariku dan dengan cepat mengakhiri panggilan sekarang, tapi aku harus menahannya, wajah marah Sudou muncul di dalam pikiranku.

"Tolong, pertimbangkanlah" kataku padanya.

Setelah menyadari bahwa jawabannya adalah sesuatu yang berharga, Horikita mengangkat suaranya sedikit dan menjawab.

"Mari kita lihat... Aku tidak terlalu antusias dengan hal seperti itu tapi akan menjadi kebohongan jika mengatakan bahwa aku tidak menyukainya"

Mengejutkan, itu mengejutkan. Horikita sudah menjawabku seakan dia mangiakan peramal.

"Apa kau pernah mendapatkan keberuntungan yang diberitahu oleh peramal sebelumnya?" Tanyaku padanya.

"Tentu saja tidak ada yang seperti itu. Hanya saja aku pernah melihat ramalan muncul di dalam berita setiap pagi,"

Mungkin dia sedang membicarakan adalah ramalan bulan ulang tahun yang muncul di dalam berita.

Aku tidak bisa membayangkan Horikita yang mengganti pakaiannya atau membeli asesoris setelah mendengar bahwa warna keberuntungannya adalah berwarna merah dari layar televisi.

"Apa kau mungkin kecanduan ramalan?" dia bertanya.

"Tidak, tidak seperti itu. Ada rumor yang beredar baru-baru ini, apa kau pernah mendengar tentang peramal itu?"

"Peramal?..."

Diam seolah dia telah mengingat sesuatu yang pasti. Mmungkin dia mengingat sesuatu, tapi kemudian Horikita segera menjawab dengan nada yakin.

"Aku mengakui bahwa sepertinya ada keributan tentang itu, aku pernah mendengarnya," katanya.

"Aku sedikit penasaran dengan hal itu. Mereka terus mengatakan jika itu akurat, aku ingin melihat seberapa akuratnya, tapi aku tidak bisa benar-benar percaya bahwa peramal bisa sangat akurat mengenai sesuatu"

Aku sudah menduga jika dia akan setuju denganku tapi pendapat yang berbeda datang dari sisi lain telepon.

"Apa itu benar? Aku pikir seseorang dengan kekuatan yang sebenarnya bisa saja akurat” kata Horikita.

"Tidak, tidak, hanya esper atau apapun itu yang bisa akurat"

Sepertinya Horikita percaya kepada sesuatu yang kebetulan. Sesuatu seperti memprediksi masa depan seseorang dari wajah, tangan, atau tanggal lahir mereka.  Aku tidak percaya kepada sesuatu yang tidak realistis.

"Bukan berarti Peramal tidak memiliki kekuatan untuk melihat masa depan. Bukankah itu sudah jelas? Itu tidak sekonyol seperti percaya kepada hantu, tetapi tidak untuk paranormal. Peramal memiliki akses ke sejumlah besar informasi masa lalumu, dengan kata lain, mereka mendasarkan prediksi mereka berdasarkan pola manusia. Jadi keterampilan seorang peramal yang mampu menebak hal-hal seperti itu dari pelanggan mereka memang tinggi" Kata Horikita.

Jadi dia bukan hanya seorang perempuan yang berhayal tapi sebenarnya punya jawaban berdasarkan teori.

"Dengan kata lain, kekuatan yang berasal dari cold reading, huh?"
T/N: Cold reading (Menafsirkan ulang pernyataan samar dengan cara apa pun yang akan membantu untuk membuat prediksi). 

"Kau sangat tau beberpa hal yang 'bermuka tebal' " Horikita menjawab dengan nada jijik.

"Kita tidak bisa melihat diri kita secara obyektif tapi peramal sangat ahli. Dalam waktu singkat, dapat mengekstrak informasi tentangmu dan mengetahui sesuatu yang orang lain tidak sadari. Dan itulah yang tersisa sebagai hasil ramalan. Apa kita bisa memikirkannya seperti itu?" Kata Horikita.

Cold reading. Secara umum berarti membaca pikiran seseorang tanpa persiapan sebelumnya. Ini adalah teknik yang menarik informasi dari seseorang melalui pembicaraan santai untuk membuat mereka berpikir bahwa kau tahu lebih banyak tentang mereka daripada yang sebenarnya kau lakukan.

Menggunakan keterampilan 'pengamatan' dan 'wawasan' untuk mendapatkan informasi mengenai targetmu dan membuat mereka percaya bahwa kau bisa melihat masa depan dan masa lalu dengan menggunakan kata-kata yang benar.

Mudah untuk dikatakan, tapi sebenarnya melakukannya sambil menghindari ketidakpercayaan dari target dan membuat mereka percaya memerlukan level keterampilan yang tinggi.

"Aku menjadi sedikit tertarik" ucapku

"Aku senang, aku pikir akan lebih baik jika kau pergi"

"Kalau begitu kenapa kau tidak ikut?"

"Apa kau bercanda?"

"Aku cukup serius"

"Aku menolak"

Aku mencoba menyelipkan kata-kata undangan ke dalam pembicaraan singkat kami tapi dia dengan berilian menolak semuanya. Tapi aku masih punya alasan sendiri untuk tidak bisa menerima penolakannya dengan sederhana.

"Aku adalah seorang yang amatir di dalam hal ramalan, jadi aku pikir lebih baik aku memiliki seseorang seperti Horikita bersamaku"

"Aku minta maaf, tapi aku akan melewatkannya, aku tipe yang payah dalam berurusan dengan orang banyak, kau tahu itu juga"

Itu memang benar. Tentu saja akan ada banyak murid berkerumun di sekitar peramal yang kebetulan menjadi topik hangat saat ini. Bahkan ada kemungkinan bahwa itu tidak hanya ada murid saja tapi juga orang dewasa yang akan pergi. Aku pasti tidak akan bisa membayangkan Horikita ada di keramaian seperti itu.

Aku mencoba untuk menegaskannya kembali tanpa menyerah, tapi meskipun aku mengubah caranya, aku akan segera membangkitkan kecurigaan Horikita. Bagiku, jika aku benar-benar mengerti kalimat Horikita, tidak ada lagi alasan untuk bertahan. Aku yakin Sudou juga tidak akan membuat sebuah masalah yang besar. Mungkin.

Begitu aku menyerah untuk mengajaknya, aku mematikan teleponnya. Lalu beberapa saat aku mengirim pesan kepada Sudou di chat. Tentu saja, dengan cepat berubah menjadi tanda 'baca' dan kata-kata yang tidak puas kembali kepadaku.

Sudou telah menjawab “Kalau begitu tidak jadi" kepadaku melalui pesan.

Seperti yang aku duga, keberadaanku hanya dibutuhkan olehnya untuk mengajak Horikita dan karena aku sudah gagal, aku tidak lagi berguna untuknya. Tapi aku harus mengakui bahwa akan aneh bagi dua laki-laki pergi bersama ke peramal.

"Meski begitu ... Peramal, ya?" Gumamku

Awalnya aku tidak tertarik, tapi setelah pembicaraanku dengan Horikita, aku menjadi sedikit tertarik.

Kurasa aku akan memeriksanya besok.

⁰ₒ⁰


Siapa sebenarnya yang berpikir bahwa menemui peramal itu adalah ide yang bagus?

"Mungkin aku sudah gila..."

Aku tahu itu, tetapi pagi hari di akhir Agustus sudah diserang oleh gelombang panas membuatnya terasa seperti neraka yang terbakar. Aku bahkan bisa melihat fatamorgana yang terbentuk dan dengan lembut berguncangan di  beton yang terbentang di depan pohon pinggir jalan. Tentu saja fasilitas sekolah semuanya ber-AC sehingga kita tidak merasakan panasnya di sana. Di koridor, di lobi atau di kamar kami. Namun, saat terkena sinar matahari langsung, seseorang akan langsung berkeringat.

Jadi begitulah cara manusia mati. Sambil memikirkan hal seperti itu, aku dengan putus asa berusaha menemukan beberapa tempat naungan. Beruntung untukku, sekolah menawarkan lahan yang besar memiliki sedikit pohon yang ditanam. Berkat itu, tidak akan ada yang namanya kekurangan bayangan untuk menghalangi sinar matahari.

Saat ini adalah pukul 9:30 sebelum murid memulai berbagai aktivitas mereka, aku menuju lokasi peramal yang dikabarkan. Sepertinya mereka mulai meramal pada pukul 10.00, tapi aku tidak berencana untuk bertahan lebih lama. Aku akan melakukan peramalan keberuntunganku dengan cepat dan segera pergi. Itulah tujuanku. Tapi saat sudah mendekati tujuanku, aku menyadari bahwa harapanku telah dikhianati.

Di Keyaki Mall yang kuharapkan kebanyakan masih kosong, kerumunan murid yang mengenakan pakaian musim panas sudah ada di sana. Sementara aku berharap tidak semua dari mereka akan berada di sini untuk alasan yang sama denganku, hal itu tidak mungkin terjadi.

Untuk saat ini, untuk menghindari neraka yang terbakar di luar sana, aku memutuskan untuk berlindung di Keyaki. Karena kegiatan tersebut sepertinya dilakukan di lantai 5, aku mencari lift terdekat.

"Geeh ..."

Suara seperti itu tiba-tiba bocor keluar dari tubuhku. Hampir sepuluh murid sudah membentuk kerumunan di depan lift. Aku bertanya-tanya apakah orang-orang yang tidak pintar berkomunikasi yang sama sepertiku juga bisa mengerti?

Setiap kali aku menaiki lift sendirian, aku adalah tipe orang yang berulang kali menekan tombol 'Close' segera setelah aku masuk. Tapi aku tidak ahli menaiki lift dengan sekelompok besar orang yang seumuran denganku. Aku membutuhkan sedikit keberanian untuk masuk bersama orang banyak.

Mungkin sedikit merepotkan, tapi untuk sekarang, kita akan jalan memutar dan memilih lift lain di tempat lain. Ada lift lain yang berlawanan arah dimana saat ini sedang tidak terpakai oleh murid dan disimpan sebagai cadangan.

"Ini menenangkan ..." gumamku.

Hal ini memang membutuhkan usaha tambahan dari pihakku, tapi aku bersyukur untuk ketenangan pikiran yang diberikan kepadaku. Sangat menyedihkan. Setelah sampai di lantai 5, dengan cepat aku mencari lokasi peramal dan di sana aku mengalami situasi yang lebih membingungkan daripada yang sebelumnya.

"Hanya ada orang-orang yang berpasangan di sini"

Anak laki-laki dan anak perempuan. Dua dalam satu kelompok. Dengan kata lain, kerumunan ini terdiri dari sebagian besar murid dengan status sebagai sepasang kekasih. Tentu saja ada kelompok dengan hanya ada anak laki-laki dan kelompok dengan hanya ada perempuan juga di sini, tapi mereka hanya sebagian kecil.

Peramal pada dasarnya dimaksudkan untuk hal semacam ini.

Meramalkan kecocokan antara laki-laki dan perempuan bukan hal yang spesial, hanya saja aku sadar tempat ini jauh lebih tidak nyaman dibanding yang aku pikirkan.

Tidak banyak orang yang datang ke peramal sendirian. Apalagi jika hanya dengan anak laki-laki sepertiku. Bagaimanapun, karena sudah ada antrian yang terbentuk, aku memutuskan untuk berbaris bersama mereka dan ketika aku melakukannya, seorang perempuan yang sepertinya adalah orang yang membuat antrian tersebut memanggilku.

"Selamat pagi, Apakah pasanganmu akan datang nanti?" dia bertanya kepadaku.

"Pasangan? Tidak, aku sendirian" jawabku padanya.

Tentu saja, mengingat orang-orang di sekitar kami kebanyakan adalah pasangan, wajar saja jika mengajukan pertanyaan seperti itu, tapi aku ingin dia memikirkan lebih banyak tentang kami yang sendirian.

"Ummm ..." 

Mungkin dia masih harus mengatakan sesuatu, tapi wajah perempuan itu terus meminta maaf.

"Aku takut jika peramal-sensei ini hanya untuk pasangan saja ..."

"Jadi tidak mungkin jika aku sendirian?"

Dia mengangguk sedikit dan menunjuk ke depan. Aku tidak bisa melihatnya dengan baik melalui kerumunan bayak orang, tetapi ada beberapa catatan yang memperingatkan tentang persyaratan tersebut.

"Kami akan membimbingmu sebagai pasangan. Syarat ini harus diketahui”

Itu masuk akal. Seharusnya memang tidak ada satu orang sepertiku di sini. Karena aku belum dihadapkan pada situasi canggung seperti ini sebelumnya, hal itu tidak terelakan. Sepertinya saat ini, aku dalam posisi yang sangat sulit.

Lagipula, aku mengerti sekarang alasan kenapa Sudou ingin mengajak Horikita ke sini. Dalam format peramal ini, dia dan Horikita akan memiliki waktu yang lama untuk saling berbicara sambil mengantri untuk meramal dan mereka bisa menghabiskan waktu yang lama bersama sampai ramalan berakhir.

"Itu juga berarti, sejak awal harusnya aku tidak peduli" gumamku.

Setelah menyadari semuanya sekarang, kata-kata dan perilaku Sudou mulai mengambil makna yang baru bahwa sebenarnya aku tidak pernah diundang sejak awal. Dan kalaupun memang seperti itu, aku bertanya-tanya apakah dia akan menemukan cara untuk menyingkirkanku? Cerita yang sangat menyedihkan.

"Omong-omong, antrian di sampingmu sama saja, bukan?" Aku bertanya.

"... Ya Ukon-sensei hanya memberitau keberuntungan untuk pasangan ..."

"Aku mengerti"

Aku menundukkan kepalaku ke arah petugas dan meninggalkan antrean. Dan murid-murid yang sudah megantri di belakangku, Langsung melangkah maju. Aku tidak pernah berpikir trik semacam ini akan terlibat. Bagiku, bayanganku tentang peramal adalah tentang seorang wanita tua di pinggir jalan yang sedang menghitung koin sambil melakukan pekerjaannya, sesuatu seperti itu. Tapi baru-baru ini, sepertinya rekomendasi ramalan pasangan seperti ini juga ada.

Aku pikir setidaknya tidak akan terlalu buruk jika memiliki pengalaman ramalan sekali, tapi mau bagaimana lagi. Tidak ada banyak keuntungan jika mengajak Horikita pergi lagi, jadi sebaiknya aku mundur dari sini dengan tenang.

"Hah? Jadi kau bilang aku tidak bisa masuk sendirian?"

Sepertinya di dalam antrian di sampingku, ada satu korban lainnya yang datang sendirian karena suara yang terdengar marah bisa terdengar dari sana. Dan saat aku mengirimkan tatapan simpati dengan cara mereka itu, sayangnya mataku bertemu dengan orang tersebut.


"Ah"

Jawaban singkat itu berasal dari seseorang yang kebetulan adalah kenalanku. Ketika aku berpura-pura tidak melihatnya dan berusaha untuk pergi, entah kenapa, dengan waktu yang sama, dia berjalan ke arah yang sama denganku.

Aku mempercepat langkahku.

"Tunggu"

Mungkin dia pikir jika aku sedang berusaha melarikan diri (aku memang sedang berusaha melarikan diri), tapi dia mengejarku.

"Ada yang bisa aku bantu?" Tanyaku padanya.

"Dimana Horikita?"

Setelah mengajukan pertanyaan singkat tersebut, perempuan itu dengan cepat melihat ke sekelilingnya.

Dia adalah Ibuki Mio, murid Kelas C. Dia juga seperti Sudou, sepertinya berusaha mendekati Horikita melaluiku. Namun, tidak seperti Sudou, tindakan Ibuki dalam hal ini masuk akal. Hanya saja, akan sangat membantu jika dia bisa sampai ke Horikita tanpa perlu melewatiku.

"Bukan berarti aku selalu pergi bersamanya, aku sendirian hari ini"

"Ahh, aku mengerti"

Di dalam ujian di pulau tak berpenghuni sebelumnya, Ibuki dikirim ke Kelas D sebagai mata-mata dan mencoba melemparkan kelas ke dalam kekacauan. Dan kemudian dia bertengkar dengan Horikita dan sejak saat itu, Ibuki bersikap antagonis terhadap Horikita. Persaingan akan lebih besar di dalam hubungan mereka.

Meski sikap tsun-nya yang seperti biasa tidak berubah, dia memang memiliki selera mode yang bagus dan pastinya akan meninggalkan kesan yang bagus. Jika dia bertingkah sedikit lebih dewasa, aku tidak akan terkejut jika dia akan menjadi populer.

"Biasanya ramalan ini dilakukan satu lawan satu bukan? Aku sama sekali tidak mengharapkan ini, bukankah begitu?" Ibuki bertanya padaku.

"Kurasa begitu, aku memang punya gambaran seperti itu"

"Jadi, Kau tidak memita Horikita untuk menemanimu ke sini?"

Pertama, Sudou dan sekarang Ibuki. Topik pembicaraan selalu tentang Horikita, seseorang yang tidak ada di sini.

"Tidak, jika kau ingin berbicara dengan Horikita sebanyak itu, kenapa kau tidak pergi dan melihatnya sendiri? Katakan kepadanya jika kau ingin pergi menemui peramal bersama dia"

"Hah? Tentu saja tidak. Lagi pula bukan berarti aku punya sesuatu untuk dibicarakan dengannya"

Kalau begitu, aku ingin kau tidak membicarakan Horikita lagi dan lagi.

"Aku tidak pernah benar-benar tertarik dengan ramalan sejak awal, jadi aku tidak menyesal berada disini. Bagaimana denganmu?" Tanyaku padanya.

Aku pasti sedang berbohong jika aku bilang aku tidak menyesal ..."

Sepertinya persyaratan berpasangan ini menghadirkan sebuah masalah yang sulit untuknya dari apa yang dia sadari saat dia menggelengkan kepalanya sambil mengatakan penyesalannya.

"Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menyerah sekarang, Aku juga payah dalam berbicara," kata Ibuki.

Itu adalah jawaban yang sebenarnya sama sekali bukan sebuah jawaban. Dia mengatakan bahwa dia tidak pintar berbicara, tapi tidak seperti Sakura, dia tidak terlihat seperti tipe yang akan mengalami kesulitan dalam melakukan pembicaraan normal. Sebenarnya dia sangat mampu berbicara kepadaku dengan bahasa yang sama ... atau bahkan berbicara santai denganku.

"Kenapa kau tidak mengajak Ryuuen?"

Aku mengatakan itu sebagai lelucon tambahan, tapi dia membuat wajah jijik sama seperti atau bahkan lebih besar dari pada Horikita.

"Aku sangat benci melihat wajahnya bahkan selama liburan. Kau pasti bercanda"

"Tapi kau bersama dia saat di kapal, bukan? Bukankah itu normal menganggap kalian berdua sangat akrab?"

"...itu hanya karena aku merasa bertanggung jawab karena tidak mencari tahu pemimpin Kelas D"

Dia menjawab dengan lemah seperti itu. Jika apa yang dia katakan itu benar, itu berarti Ibuki bertindak bersama dengan Ryuuen sebagai tempat untuk mempertanggungjawabkan kegagalannya. Itu saja tidak memberiku gambaran keseluruhannya, tapi itu pasti sesuatu yang hanya Kelas C yang bisa mengerti.

Meski begitu, pada bagian pertama ujian khusus, ujian di pulau tak berpenghuni, Ibuki berhasil mengidentifikasi Horikita sebagai pemimpin kelas D dan dia tidak salah dalam penilaiannya. Jika aku tidak ikut campur, dia pasti akan memberikan kontribusi besar kepada Kelas C.

"Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu, tapi selama ujian di pulau, siapa pemimpin Kelas D?"

"Entahlah"

"Entahlah? Bukan berarti kau tidak tahu"

"Bahkan jika aku tahu, aku tidak akan serius memberitahumu, tapi aku benar-benar tidak tahu... Aku pikir sebagian besar Kelas D juga berada di dalam kegelapan, bukan? Horikita bergerak di dalam bayang-bayang dan dia pasti sudah memanfaatkannya entah bagaimana dan hanya itu yang bisa aku katakan"

Ibuki menatapku seolah melihat ke dalam diriku. Tapi, aku tidak terlalu bodoh untuk dilihat melalui pengamatan sederhana semacam itu.

"... yah, jika itu mudah, aku tidak perlu melewati banyak masalah seperti ini"

Ibuki mengangkat bahunya seolah dia sudah menyerah.

"Jika Ryuuen adalah ide yang buruk, kenapa kau tidak mengajak perempuan dari kelasmu?"

"Jika aku memiliki orang-orang yang seperti itu, aku tidak akan berada di dalam masalah ini, aku sama sekali tidak menyukai semua perempuan di kelasku"

Bahkan teman sekelasnya termasuk di dalam kategori orang yang sama sekali tidak dia sukai.

Ibuki sama seperti Horikita... atau bahkan sifat antisosialnya lebih dalam. Dalam masalah ini, mereka adalah karakter yang sama. Dan dengan sebuah pemicu, sepertinya mereka akan akrap dengan sempurna.

"Tapi saat ini kau begitu saja berbicara denganku, Ibuki. Kau harus bisa berbicara dengan orang lain dengan normal. Aku tidak merasa bahwa kau sangat payah bebicara dengan orang lain"

"Itu tidak benar, saat kau berbicara denganku, kau merasakan perasaan itu, bukan? perasaan yang menusuk"

“Aku pikir itu benar"

Kapan pun aku ingin berbicara dengan Ibuki, aku merasa bahwa aku telah tertusuk oleh gergaji tajam. Mungkin hal itu karena ekspresi Ibuki yang terlihat seperti menjaga jarak dengan orang lain. Aku yakin perasaan ini juga akan disampaikan kepada murid yang lainnya.

"Apa pun yang aku lakukan, suasana hati selalu berakhir dengan buruk seperti ini, kau mengerti?" Kata Ibuki.

Dengan kata lain, karena dia tidak bersosialisasi, dia tidak bisa mengajak teman sekelasnya. Masih bisa diragukan apakah 'payah dalam bersosialisasi' itu benar atau tidak, Tapi sudah dipastikan bahwa Ibuki terlihat seperti seseorang yang bahkan melihat teman sekelasnya di dalam cahaya antagonis.

Aku bahkan bisa membayangkan jika dia akan meragukan si peramal dengan sikap keras kepala miliknya.

"Meskipun kau payah dalam berurusan dengan orang lain, itu aneh jika kau akan mencoba ramalan keberuntunganmu"

"Itu adalah salah satu masalahku. Lebih seperti sedang menyukai kucing, tapi disisi lain juga alergi terhadap kucing. Sesuatu seperti itu”

Itu pasti akan membuatmu sangat frustrasi. Meskipun seseorang menyukai sesuatu, mereka tetap merasa sulit untuk menerima atau melakukannya, atau sesuatu seperti itu.

"Luar biasa. Kau menjadi mata-mata di Kelas D meskipun kau seperti itu," kataku padanya.

Meskipun dia selalu memiliki sikap tsun, dia tidak pernah menunjukkan tanda ketidaknyamanan selama kegiatan mata-matanya, sama sekali tidak. Bahkan murid kelas D, tanpa mencurigai Ibuki, mengajaknya bergabung.

"Hal itu dan ini berbeda, bagaimanapun, berbicara dengan orang lain membuatku cemas dan karena aku cemas, aku menjadi gugup. Aku tidak suka itu, karena tidak bisa berbuat apapun. Bukan berarti aku menjadi seperti ini karena aku suka. Kenapa aku berbicara denganmu tentang hal ini? Bagaimana jika kita menjadi salah paham?"

Ibuki menghentikan pembicaraan saat dia berpaling.

Tapi itu juga adalah batasanku. Sebelum aku menyadarinya, orang-orang di sekitar kami sudah meningkatkan antrian dan hanya kami berdua yang tertinggal sendirian.

Murid lain mungkin salah paham dengan kami. Tapi tetap saja, gugup setelah cemas, huh? Jadi disitulah letak kelemahannya. Jika itu benar, Cara untuk mengalahkannya mungkin secara tidak terduga akan menjadi lebih mudah.

Ada rencana yang bisa melawan kelemahan ini tanpa harus mengetahui akar dari apa yang sudah membuatnya cemas di masa lalu.

"Sebelumnya, kau bilang itu adalah masalah yang berbeda saat kau memata-matai, bukan?" Aku bertanya pada Ibuki.

"Aku mengakui karena itu adalah fakta"

"Lalu apa perbedaan dari antara waktu itu dan biasanya?"

Setelah mendengar pertanyaan itu, Ibuki merenungkan jawabannya dan terdiam beberapa saat dan dijawab dengan cara yang sangat mirip dengannya.

"Aku tidak tahu, hal yang berbeda adalah berbeda, itu saja"

Lebih dari sekadar sebuah jawaban, sepertinya dia sudah menyerah untuk mencoba membedakannya dengan serius.

"Sepertinya kau belum pernah memikirkan itu"

"Tentu saja, aku tidak akan memperhatikan perbedaan kecil seperti itu. Pada akhirnya aku langsung bertindak.”

"Tidak, aku pikir ini sangat sederhana. Perbedaan antara berbicara dengan orang lain dan tindakanmu saat itu, hanyalah masalah 'penghargaan' yang aku percayai"

"'Penghargaan'?"

Menanggapi kata yang tidak diharapkannya untuk didengar, minat Ibuki pasti sudah terganggu semenjak dia berbalik untuk menatapku.

"Siapa pun akan merasa cemas jika mereka membayangkan bahwa mereka sedang berbicara dengan seseorang secara langsung. Tapi, kegugupan itu hanya karena kau sadar akan hal tersebut. Apakah tindakan yang terlibat atau tidak itu saling berkaitan?"

Misalnya, seseorang yang tidak pintar dalam berurusan dengan anggota lawan jenis, bahkan jika mereka meyakinkan diri mereka sendiri 'Aku akan menjadi normal' dan pergi bergabung dan semacamnya. Tidak ada jaminan bahwa kecemasan mereka tidak akan menghalangi mereka untuk berbicara dengan baik. Akibatnya, mereka tidak akan bisa menggunakan kekuatan yang lebih dari biasanya. Jika mereka masih bisa berbicara dengan sangat baik meskipun seperti itu, itu artinya sejak awal, mereka selalu memiliki kemampuan itu di dalamnya.

Yang dibutuhkan hanyalah mempertimbangkan keterampilan komunikasi dan atletis sebagai hal yang sama. Bakat dan kemampuanmu yang sudah kau  kembangkan di dalam ujian bertujuan untuk hal yang seperti itu.

Dengan kata lain, Ibuki memiliki 'kemampuan untuk berbicara dengan orang lain' tapi sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk 'melakukannya dengan benar'

"Sampai saat ini, kau telah menonjokan khayalanmu ke berbagai orang yang kau temui, dan saat kau berhadapan langsung dengan mereka, kau akan merasa tertekan dan akibatnya kau tidak bisa berbicara dengan baik dengan mereka, bukankah begitu? " Aku memberi tahu Ibuki.

"Apa maksudnya? Jika seseorang memiliki kemampuan komunikasi yang tinggi yang bahkan tidak mereka sadari, tapi normalnya saat kau bertatap muka dengan seseorang, siapa pun akan merasa cemas, bukan?"

"Tentu saja, aku juga seperti itu, tapi bahkan cemas kepada para pedagang, hal itu telihat terlalu berlebihan. Misalnya, apa kau masih merasa cemas meskipun kau berbicara dengan petugas toko?"

"Hah?"

"Misalnya, bertemu petugas penjual secara langsung di toko yang biasanya kau kunjungi. Apa kau memiliki kartu poin? Apa kau suka yang hangat? Apa kau merasa cemas saat petugas mengatakan kata-kata itu? tentu saja tidak bukan?"

"Itu.... yah” gumam Ibuki.

Pada akhirnya, kau sadar akan hal yang sedang kau ajak bicara dan akhirnya menjadi cemas. 

Aku ingin tahu apa yang akan mereka pikirkan tentangku, aku ingin memikirkannya berkali-kali, aku ingin mereka menjadi orang yang baik.

Itu karena orang-orang berpikir hal seperti itu dan mereka mulai menjadi cemas.

Tapi Ibuki yang menyusup ke Kelas D pasti tidak punya waktu untuk memikirkan hal seperti itu. Dia pasti sibuk memainkan peran sebagai korban sehingga dia tidak punya waktu untuk sadar akan kenyataan bahwa dia ingin berbicara dengan orang lain.

Itu sebabnya bahkan tanpa perlu berpikir, dia bisa melakukannya. Itu dikarenakan dengan melepaskan perasaannya dan membiarkannya meluap seperti biasanya, dia akan mampu mengencamkan perbedaan pendapatnya kepada Kelas C.

"Karena kau mengatakannya sekarang, itu benar..." gumam Ibuki.

"Tidak bisa dipungkiri jika kau akan merasa cemas karena itu wajar jika mendapatkan kasan bahwa kau akan bertatap wajah satu lawan satu dengan peramal, tapi jangan terlalu memikirkanya. Itu akan membantu meringankan ketegangan, bukankah begitu?"

"... Aku mengerti, Hei, kenapa aku harus dinasehati olehmu tentang hal ini?"

Begitu Ibuki melihat bantuannya sendiri, dia memelototiku seolah dia akan melompat ke arahku.

"Setelah kau menjadi antisosial cukup lama, kau memperhatikan detail kecil seperti itu. Itu dimulai ketika kau mulai bertanya-tanya, kenapa kau tidak bisa berteman? dan seperti yang aku katakan sebelumnya, kau memikirkan perbedaan antara orang-orang yang akan membuatmu gugup dan orang-orang yang membuatmu tidak gugup Dan akhirnya kau berpikir darimana asal mereka dan kemana mereka akan pergi” kataku pada Ibuki.

"Menyeramkan... Kau  adalah tipe yang akan menjadi pembunuh massal di masa depan... apakah kau selalu seperti ini?"

"... yah, kadang-kadang seperti itu" jawabku.

Aku berpikir untuk menyampaikan ini sebagai cerminan di dalamku, tapi sepertinya sudah berubah drastis. Aku mungkin sudah memberinya kesan bahwa aku adalah orang yang gila.

"Aku akan kembali sekarang, bagaimana denganmu?" Aku bertanya pada Ibuki.

"Aku pikir aku akan kembali juga, sepertinya aku tidak bisa mendapatkan ramalan keberuntunganku sendiri. Meskipun aku cukup tertarik kepada Tenchuusatsu..."

"Tenchuusatsu?"

Aku menjawab tanpa memikirkan kata-kata yang tidak akan terdengar normal.

"Kau datang ke sini tanpa mengetahui hal seperti itu?" Ibuki menghela nafas.

Bahkan jika kau mengatakan itu, aku benar-benar seorang amatir tentang peramal. Aku baru saja datang ke sini dengan pikiran samar tentang ramalan keberuntunganku.

"Jika aku harus menjelaskannya dengan sederhana, ini adalah ramalan yang memberitahumu tentang; hari apa yang sial untukmu" kata Ibuki kepadaku.

Aku sudah mendengar bahwa dunia peramal itu sangat dalam, tapi aku tidak tahu jika tidak mustahil memberi tahukan nasib target tertentu. Dari sudut pandang pemula sepertiku, sesuatu seperti 'memakai warna merah' atau 'hati-hatilah kehilangan barang-barangmu bulan ini' adalah murni ramalan keberuntungan. Tapi dari apa yang Ibuki katakan padaku, sepertinya tidak terbatas hanya pada hal tersebut.

"Aku sangat berharap untuk itu. yang benar saja, Aku tidak pernah berpikir jika itu hanya untuk urusan percintaan" kata Ibuki sambil melihat antrian panjang dengan ekspresi cemas.

"Tapi melihat dari sudut pandang semua murid, menggunakan peramal untuk urusan cinta seperti itu bukan hal yang aneh, bukan? Tenchuusatsu ini? Pasti juga ada orang-orang yang tertarik sehingga datang ke sini"

"Meski begitu, mustahil dengan sekilas mereka menempatkan larangan untuk pasangan itu" kata Ibuki.

Dan dengan itu, tanpa menyisakan begitu banyak kata perpisahan, Ibuki pergi.

⁰ₒ⁰


Setelah kembali ke kamarku, aku sedikit memeriksa Tenchuusatsu kembali. Dan ketika aku melakukannya, ternyata itu adalah sebuah subjek yang sangat dalam. Sepertinya sebelum tahun 1980, dengan publik yang menjadi lebih sadar akan keberadaannya, Tenchuusatsu bermandikan perhatian. Namun, seiring kepopulerannya, kebenarannya juga dipertanyakan.

Bahkan ada kasus di dalam berita bahwa peramal terkenal terpaksa pensiun setelah dia mengungkapkan cara kerja Tenchuusatsu. Aku tidak akan mengatakan bahwa peramal itu sendiri tidak ada gunanya, tapi terobsesi dengan hal itu, atau percaya terlalu banyak di dalamnya bisa menjadi masalah.

Tapi di sisi lain, orang-orang juga bisa mengatakan bahwa ramalan itu menarik karena mampu menarik perhatian banyak orang. Ini adalah topik yang mendominasi, dan bahkan saat ini, jika kau mendekatinya dari sudut pandang orang yang memiliki kepercayaan, itu tetap memiliki akurasi yang cukup banyak.

Mengetahui hal ini sekarang, aku merasakan bahwa rasa penasaran mulai membasahiku. Seperti yang diharapkan, aku tidak bisa hanya percaya sampai sejauh mana artikel-artikel yang aku temukan di internet ini menjelaskan kebenarannya.

Tidak mungkin melihat masa depan atau kebenaran seseorang melalui remalan. Itulah kenapa aku ingin mencoba ramalan keberuntunganku sekali lagi untuk melihat kebenarannya sehingga aku bisa menyimpulkan bahwa itu hanyalah perpanjangan dari cold reading.

"Aku bertanya-tanya apakah ini terbatas hanya untuk bulan ini" gumamku.

Ketika aku memeriksanya, sepertinya ketika liburan musim panas berakhir, peramal akan meninggalkan tempat ini dan masih belum diketahui kapan atau apakah dia akan kembali. Bergantung pada situasinya, mungkin saja tidak ada orang-orang yang berkepentingan dengan peramal akan mengunjungi sekolah ini lagi.

"Tapi, meskipun aku bilang begitu..."

Aku tidak punya seorang pun untuk diajak. Aku menyerah saat ini. Kemungkinan besar Horikita akan menolakku lagi dan sejak awal aku tidak memiliki keberanian untuk mengajak Kushida.

Aku yakin Sakura akan bersedia menemaniku, tapi jika aku membawanya ke tempat yang penuh pasangan, aku mungkin akan membuatnya merasa tidak nyaman. Selain itu Sudou atau Ike atau Yamauchi. Kelompok anak laki-laki itu. Tapi mereka mungkin tidak ingin menghabiskan sisa liburan musim panas yang berharga itu ke peramal bersama laki-laki lain.

"... sekakmat, huh?" Gumamku pada diriku sendiri.

Jawaban yang sederhana muncul. Dalam hubungan interpersonalku yang terbatas, tidak peduli sebetapa kerasnya aku berpikir, itu tidak mungkin. 
T/N: Interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih.

Sejak awal, aku tidak menyukai bahwa hanya pasangan yang bisa diramal. Kau hampir bisa mengatakan bahwa itu adalah jenis pemikiran yang sama dengan Ibuki. Bagi mereka yang benar-benar tertarik dengan peramal, itu akan menjadi penghalang yang besar. Dan begitu saja aku menghentikan penelusuran onlineku.

⁰ₒ⁰

Keesokan harinya setelah aku menyerah, sangat aneh jika kakiku tertarik ke arah peramal. Mungkin itu karena aku ngangur setiap hari. Tidak ada alasan lain selain itu.

"Ahh"

Pertemuan lain yang aneh. Pada saat bersamaan dan di tempat yang sama, aku bertemu kembali dengan Ibuki.

"Kenapa kau datang lagi? ... dan juga sendirian" Ibuki bertanya.

Ibuki memeluk dirinya sendiri sambil menatapku dengan ekspresi jijik.

"Itu adalah batasanku juga. Aku akan mengembalikan pertanyaan itu kepadamu seperti apa yang terlihat”

"Kau bilang kau menyukai peramal, bukan? aku hanya berpikir mungkin kau akan mencoba keberuntunganmu bahkan jika kau sendirian. Itu saja"

Ini semacam negoisasi ulang, atau mungkin dia mengharapkan situasinya berubah. Atau semacam itu. Aku bertanya-tanya apakah Ibuki menyukai ramalan sebegitu banyaknya. Aku mulai merasa ingin tahu bagian mana dari peramal yang disukainya secara khusus.

"Ini adalah pertanyaan yang blak-blakan, tapi Ibuki, apa kau tipe orang yang percaya pada ramalan?"

"Apakah salah jika aku mempercayainya?"

"Tidak, aku tidak mengatakan itu ... tapi itu bukan sesuatu yang secara tiba-tiba bisa dipercaya, bukan?”

Bukan berarti semua orang mengerti bahwa ramalan itu adalah penerapan dari cold reading sama seperti yang Horikita katakan. Dengan kata lain, ada banyak orang yang percaya akan kekuatan misterius itu.

"Ini adalah sesuatu dimana orang-orang menjadi penasaran pada peramal setiap kali dipikirkan, tapi jika kau tidak bisa menyingkirkan pemikiran itu, lebih baik kau tidak tertarik sama sekali” Kata Ibuki

"Apa kau ingin mengatakan bahwa orang-orang yang tidak memiliki kepercayaan tidak punya hak untuk mendatangi peramal?" 

"Itu tidak benar ... izinkan aku mengatakan ini, bukan berarti aku percaya tanpa syarat kepada peramal. Hanya saja orang-orang yang ragu sejak awal tidak tahan dengan menerima apa saja dari sini"

"Orang-orang yang mengejek peramal penuh dengan penyangkalan. Banyak orang umumnya tidak percaya akan keberadaan tuhan ... Tapi ketika mereka dalam masalah, seringkali mereka berdoa kepada Tuhan” Ibuki melanjutkan.

Sebuah analogi yang bagus. Tuhan itu tidak ada, hantu itu tidak ada. Orang-orang yang sering membuat pernyataan seperti itu, berdoa kepada Tuhan. Mereka akan mengunjungi tempat suci pada Hari Tahun Baru dan berdoa untuk hidup sehat, bisnis dan pengabulan cinta. Bahkan jika kau membandingkan hal itu dengan ramalan, itu masih hal sama. Apa yang benar-benar kau percayai dan apa yang kau inginkan adalah hal yang berbeda. Tidak ada yang bisa menyangkalnya

Tapi, benar, jika aku memikirkan hal seperti itu, Aku memang bisa mengerti dari mana pemikiran Ibuki berasal. Tetapi ramalan dan percaya kepada tuhan umumnya masih berbeda. Itu karena peramalan dilakukan oleh manusia yang hidup sama sepertimu. Wajar jika bersikap ragu terhadap hal seperti itu.

"Apa kau mengerti?" dia bertanya padaku

"Ya, mudah dimengerti."

Tentu saja aku masih memiliki keraguanku, tapi aku mengerti maksud yang ingin dikatakan Ibuki. Dan dari situlah aku mengajukan saran kepadanya.

"Hei, ramalan ini membutuhkan pasangan tapi bukan berarti satu-satunya yang mereka kejar adalah urusan percintaan, bukan?" Tanyaku padanya

"Tentu saja iya"

"Kalau begitu, kenapa kita tidak mengabaikan siapa pasangan kita dan pergi ke peramal? Pada akhirnya kau dan aku benar-benar tertarik kepada ramalan. Bagaimanapun, jika ini adalah hubungan yang tidak akan bertahan lama, aku rasa tidak akan ada masalah”

Aku sendiri tidak merasakan apa pun selain emosi datar terhadap Ibuki. Aku tidak merasakan sesuatu yang sangat baik atau buruk terhadapnya, hampir seperti kesan pertama.

"Aku tidak keberatan ... Aku ingin keberuntunganku diramal juga, tapi apa kau tidak keberatan dengan itu?" Ibuki bertanya padaku.

"Horikita hanyalah temanku"

"Bukan itu yang aku maksud. Dari ujian di pulau, masih ada murid yang menyimpan dendam" katanya.

Sepertinya, dengan caranya sendiri, Ibuki menmperhatikanku. Jika aku terlihat bersama dengannya, teman sekelasku juga akan marah kepadaku dan sepertinya ibuki mengkhawatirkanku.

"Kurasa kau sama sekali tidak perlu khawatir tentang itu"

Dan saat aku menjawabnya seperti itu, Ibuki memiringkan kepalanya dengan rasa ingin tahu.

"Aku tidak mengerti kenapa kau menjawab seperti itu"

"Jika ini adalah sekolah di mana semua orang bisa bersahabat, tindakanmu akan menjadi pelanggaran moral. Tapi sekolah ini hanya peduli tentang 'kemampuan' dan itu adalah segalanya, selain itu, ini adalah ujian di mana kelas saling bersaing satu sama lain. Tergantung situasinya, mungkin saja melakukan tindakan mata-mata atau sabotase. Apa aku salah? "

"Ada orang-orang yang tidak puas hanya dengan logika seperti itu, tidak seperti orang lain yang fleksibel seperti ini"

"Aku tidak berpikir seseorang yang seperti itu akan memiliki kualifikasi yang dibutuhkan untuk mendaftar di sekolah ini sejak awal"

Setelah memberikan pendapat jujurku, Ibuki menyilangkan tangannya dan terlihat memikirkannya.

"Tiba-tiba kau menjadi sombong"

"Aku hanya seorang murid yang gagal, aku tidak tertarik untuk bangkit atau jatuh, aku hanya menumpangi coattails seorang murid seperti Horikita dan menganggapnya sebagai keberuntungan"
T/N: Intinya sangat ketergantungan kepada orang lain. Coattails? Jas yang belakangnya lebih panjang dari yang di depan.

Dari sudut pandang seseorang yang hanya mencoba mengandalkan diri mereka sendiri seperti Ibuki, yang baru saja aku katakan akan menjadi cerita yang menggelikan. Tapi Ibuki tidak menertawakanku dan juga tidak mengejekku.

"Ini tidak biasa, sejak awal, setiap orang yang mendaftar di sekolah ini hanya mengincar hak istimewa saat mereka lulus, tidak ada yang mengira akan berakhir dengan kompetisi seperti ini. Jadi kebanyakan orang akan menganggap ini sulit"

Sepertinya murid Kelas C tidak begitu berbeda dengan Kelas D. Jika memang begitu, Ibuki yang menarik perhatian Ryuuen dan ditugaskan untuk melakukan mata-mata sejak awal pasti memiliki posisi yang cukup tinggi didalam tingkatan Kelas C.

Karena dia dibayar dengan mendapatkan perhatian dari lingkungannya, itu juga tidak biasa baginya untuk bertindak dipihak Ryuuen. Dia  mengatakan bahwa dia bersama Ryuuen karena kegagalannya, tapi sepertinya, dia yang bersamanya  juga karena Ryuuen mempercayainya. Dan dengan keyakinan kami berdua, kami berbaris di antrian.

Dan petugas perempuan yang pernah berbicara denganku kemarin datang lagi untuk memastikan bahwa kami memang pasangan dan menyerahkan kami sesuatu yang mungkin adalah tiket. Sepertinya ada 8 pasangan di depan kami yang harus kami tunggu.

"Sepertinya kita akan menunggu"

Jika hanya satu peramal yang tersedia per antrean, Bahkan jika ada sepuluh pasangan yang akan memaksa kami menunggu lebih dari satu jam, itu akan mejadi waktu yang lama untuk menunggu. Satu-satunya pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana kami berdua akan bertahan lebih dari satu jam? Sepertinya aku tidak akan bisa melakukan pembicaraan selama itu.

"Ahh, jangan khawatir dengan keheningan, hubungan kita hanya demi ramalan sehingga kau tidak perlu berbicara tanpa tujuan denganku, benarkan?" Kata Ibuki

"Aku pikir begitu..."

Sepertinya dia sudah melihat ke dalam pikiranku. Itu menyelamatkanku dari masalah. 


***


"Selanjutnya"

Hari sudah sore ketika aku mendengar suara kecil itu datang dari dalam fasilitas sementara.

"Aku sudah membuatmu menunggu"

Pada akhirnya masing-masing kelompok membutuhkan waktu sekitar 15 menit dan aku harus mengantri di dalam antrian cukup lama. 

Itu terjadi ketika aku sudah mulai tidak peduli lagi dengan peramal yang ada di dalam dimana suara dari ruangan di balik tirai tempat peramal itu berada.

Dan saat aku masuk, di dalamnya ada pemandangan yang sering aku lihat di televisi. Pencahayaannya redup di dalam sana, hanya sekitar 30 lux. Ditambah dengan adanya buku tebal, palu dan bola kristal yang juga bisa digunakan untuk sebuah tujuan yang tidak aku ketahui.

Peramal wanita tua itu mengunakan tudung pada dirinya dan karena itu, aku tidak bisa melihat ekspresinya.

Suasana tempat ini sendiri adalah suasananya tahun pertama. 

Bola kristal itu sedang bersinar, bahkan sekarang benda ini seolah-olah sedang mencerminkan tentang Ibuki dan masa depanku. Di depan peramal, ada dua kursi bundar tanpa sandaran. Kurasa di situlah kami seharusnya duduk. Ketika kami berdua duduk, si peramal hanya tertawa sesaat dan tangan kanannya bergerak.

"Pertama-tama, bayar" kata peramal itu kepada kami.

Dan setelah mengatakan itu, dia mengeluarkan card reader dari bawah meja dan meletakkannya di atas meja di depan kami. 
T/N: Card Reader sejenis kaya Mesin EDC sebagai alat pembayaran menggunakan kartu.

Dari atmosfir yang menyesakan ini, hampir memberikan kesan seperti museum peramal. Artefak peradaban modern muncul seperti itu dan melepaskan perasaan yang tidak masuk akal.


Tentu saja, aku tidak berpikir bahwa itu akan gratis, tapi tiba-tiba aku seperti ditarik kembali ke dalam kenyataan. 

"Apa yang akan kau ramalkan untuk kami?"

Sebelum mengeluarkan kartu tanda pengenal muridnya, Pertama-tama Ibuki mengajukan pertanyaan tersebut.

"Pendidikmu, pekerjaan, urusan cinta dan apapun yang kau suka" jawab peramal saat dia tertawa terbahak-bahak. 

Tentu saja ini akan membuat perasaan yang kuat ke daerah sekitarnya, tapi daripada hanya sekadar seorang peramal, Menurutku dia terlihat seperti penyihir.

Tetapi daftar harga yang diletakkan di atas meja sangat tidak sesuai.

Sepertinya harga yang diberikan terbagi menjadi beberapa kategori. Sesuatu yang dikatakan oleh peramal sepertinya termasuk ke dalam "rencana dasar" dan di sana, hal itu terbagi lagi menjadi jauh lebih banyak bagian dan salah satunya termasuk ke dalam Tenchuusatsu.

Di antara yang lainnya, ada bimbingan yang akan membiarkanmu melihat sampai ke akhir kehidupanmu dan karena peramal memiliki persyaratan untuk berpasangan, ada banyak bimbingan yang berfokus kepada asmara.

Ini hanya pemikiran spontanku, tapi jika peramal meramalkan kecocokan yang buruk diantara pasangan, aku bertanya-tanya apa yang akan dilakukan oleh pasangan tersebut? Hanya saja dalam masalah ini, lebih dari 5000 poin dibutuhkan. Ini sedikit mahal.

"Meski begitu ... harganya sangat mahal"

Bagi murid Kelas D yang berjuang dengan masalah poin setiap hari, ini merupakan biaya yang sangat mahal. 

Bahkan jika aku mengatakan hal itu, akan sia-sia saja untuk kembali tanpa kesempatan untuk menyelidiki Tenchuusatsu. Selalu ada pilihan untuk hanya mendengarkan hasil ramalan Ibuki dan kemudian kembali, tapi jika aku melakukan itu, aku tidak akan bisa memastikan kebenarannya.

Kupikir untuk berjaga-jaga, aku memeriksa saldo poin di ponselku. Di layar, poin pribadiku ditampilkan. Sisa pion yang aku miliki saat ini sekitar 6000 poin sehingga aku hampir tidak mampu membayarnya.

"Aku akan memilih rencana dasar," kata Ibuki tiba-tiba.

Meskipun dia mengakuinya sebagai peramal, dia terlihat tidak berniat untuk mengikuti bimbingan penuh.

"Apa yang akan kau lakukan?" dia bertanya kepadaku

"Aku akan memilih rencana yang sama seperti Ibuki"

Pada titik ini, aku merasa seperti sedang memesan makan di restoran, tapi aku menjawab seperti itu dan mengangkat kartu tanda pengenal muridku. Suara dari kartu yang digunakan terdengar dari card reader dan beberapa saldo dikurangkan dari kartuku.

"Kalau begitu, kita mulai dari perempuan ini, siapa namamu?" peramal bertanya.

"Ibuki... Ibuki Mio"

"Kemampuan meremalku mengharuskanku untuk melihat wajah, tangan dan hati pelangganku Dan dipertengahan, aku mungkin melihat sesuatu, sebaiknya kau tetap berhati-hati. Apa kau tidak masalah dengan itu?”

"Lakukan apa pun yang kau inginkan" 

Ibuki menjawab bahwa dia tidak akan kecewa dengan hal itu, apakah dia juga yakin akan hal itu? Dari balik tudungnya, aku tidak hanya bisa melihat kulit keriput sang peramal tapi juga tatapannya yang tajam. Kemudian, dia menginstruksikan Ibuki untuk meletakkan kedua tangannya, dia mulai berbicara tentang hasil ramalannya perlahan-lahan.

"Mulai dengan membaca telapak tangan, kau memiliki umur yang panjang. Aku tidak melihatmu menderita sebuah penyakit berat seperti sekarang..." dia berbicara.

Sebuah cerita yang sering di dengar itu adalah sebuah pembukaan. Aku pribadi tidak mengerti bagaimana seseorang bisa meramal dari garis di telapak tangan seseorang. Merasa tidak ada gunanya, Aku meresa kecurigaanku ingin menolak ramalan.

Mungkin peramal menggunakan statistik pengalaman mereka sendiri untuk mengatasinya? Jika itu adalah aku, aku hanya akan menggunakan kesehatan yang bagus untuk banyak pelanggan Dari warna wajah mereka dan semacamnya, itu akan memberikan jawaban untuk ku.

Dan masih terus berlanjut, peramal berbicara tentang pendidikan, keberuntungan ekonomi dan urusan cinta dengan jawaban yang tidak diharapkan.

Sementara orang-orang biasanya akan marah kepada kata-kata yang terlihat palsu dari peramal, Ibuki terus mendengarkan mereka dengan perasaan puas. Tidak banyak prediksi yanng buruk, kebanyakan prediksi tentang masa depan yang cerah untuknya.

Terkadang peringatan diberikan kepadanya, tapi sepertinya tidak ada risiko khusus untuk kehidupan dan kesejahteraannya.

"Terima kasih banyak," kata Ibuki.

Setelah menyelesaikan sesi ramalan, Ibuki menunduk. Sepertinya giliranku, di mana aku bisa mengerti tentang peramal dengan lebih baik, akan segera dilakukan sekarang.

Peramal tersebut mengikuti prosedur yang sama dengan yang dia gunakan selama sesi dengan Ibuki.

Jawaban untuk sesiku sebagian besar sama dengan apa yang terjadi selama sesi Ibuki. Meskipun situasinya mungkin berbeda, intinya adalah kebanyakan prediksi merupakan sesuatu yang baik yang akan datang. Namun aku diperingatkan untuk berhati-hati terhadap malapetaka suatu hari nanti. Pengetahuan semacam itu diberitahukan kepadaku.

"... Aku mengerti, sepertinya kau memiliki masa kecil yang sulit" kata peramal itu kepadaku.

Bahkan jika kau mengatakan hal seperti itu, kebanyakan anak memang mengalami sesuatu yang mereka anggap seperti itu setidaknya sekali atau dua kali di masa kecil mereka. Apalagi jika anak itu adalah laki-laki. Jika memungkinkan, aku akan menyukainya untuk menjawab jawaban yang lebih pasti.

Yang lebih penting lagi, ini adalah misteri yang lebih besar. Kenapa peramal yang seharusnya berbicara tentang masa depan malah berbicara tentang masa lalu? Tapi Ibuki di sampingku, tanpa menyela atau menguap, mendengarkan peramal tersebut dengan saksama. Mungkin peramalan seharusnya memang seperti ini atau mungkin sebagai ritual yang diperlukan, kami akan kembali ke masa lalu. 

Ahh, jadi peramal memang benar-benar seperti ini. Pada saat ini, aku berpikir begitu.

Karena manusia adalah makhluk yang mudah, sesekali 'nasib baik' yang telah diprediksikan untuk mereka, mereka akan menguncinya di dalam ingatan mereka dan bahkan jika keberuntungan yang tidak ada hubungannya dengan ramalan terjadi, mereka akan mengingat kenangan itu kembali  dan mengartikannya sebagai " Ahh, jadi peramal yang waktu itu sedang membicarakan hal yang ini "

Tetapi kenyataannya akan berbeda, karena di dalam kehidupan, tidak bisa dipungkiri bahwa setiap orang akan mengalami nasib yang baik dan malapetaka sekaligus kebahagiaan dan kesengsaraan.

"Ini..."

Sekali lagi, peramal yang sepertinya berada di tengah ritual, menghentikan tangannya.

"Kau adalah pemilik 'penentuan Tenchuusatsu' "

"Uwa ... serius?”

Yang terkejut dengan hasil itu bukan aku melainkan Ibuki dan peramal itu sendiri. Tenchuusatsu adalah sebuah kata yang bahkan aku tidak sadari sejak kemarin, jadi meski ada kata lain yang ditambahkan di atas semua itu, itu hanya akan membuatku kebingungan lagi.

"Sederhananya, sejak aku lahir, kau sudah menjalani kehidupan yang sial" Ibuki menjelaskan kepadaku.

"Itu hal yang menakjubkan ..."

Apakah ini murni kebetulan atau tidak, sekali lagi memang akurat. Hanya saja, peramal masih ambigu di dalam masalah ini.

Karena, jika seseorang melihat diri mereka dengan pesimis, tidak ada kegagalan dari orang-orang yang akan melihat ke masa lalu mereka dan menganggap kehidupan mereka sebagai ketidakberuntungan. Tapi jika itu adalah Tenchuusatsu yang tidak biasa, akan menjadi risiko bagi peramal untuk mengatakannya juga.

"Ngomong-ngomong, apakah Penentuan tenchuusatsu itu akan terus berlanjut ketika keluar dari sini?" Aku bertanya.

"Beberapa waktu yang lalu, perempuan itu mengatakan bahwa itu berarti menjalani kehidupan yang sial, tapi itu salah"

"Perempuan itu..."

"Penentuan tenchuusatsu memang jarang, tapi bukan berarti itu akan mengutuk seluruh hidupmu menjadi kesialan. Tentu saja aliran itu sendiri memang jelek, kau tidak akan bisa menerima berkat dari keluarga atau orang tua. Tapi itu sesuai dengan kepribadianmu. Apa yang akan kau lakukan mulai sekarang adalah sesuatu yang harus kau putuskan " Kata peramal itu kepadaku.

Dari ekspresi tajam yang dimilikinya sebelumnya, sekarang di mata peramal aku bisa melihat kebajaksanaan.

"Tidak perlu merasa pesimistis dan tidak perlu bertindak seperti protagonis comedy juga"
T/N: Pesimistis, (sikap) ragu akan kemampuan atau keberhasilan suatu usaha.

Aku sudah mendengar banyak cerita yang menarik hari ini, tapi bagaimanapun juga itu hanya ramalan. Ini bukanlah sesuatu yang menyebabkanmu melihat dengan mata yang memerah atau memiringkan telinga agar bisa mendengar dengan lebih baik. 

Ketika aku mencoba bangkit dari tempat duduk, aku kembali dipanggil oleh peramal.

"Satu lagi prediksi untukmu. Kembali ke jalan yang lurus, jangan mengambil jalan memutar. Jika kau mengambil jalan memutar yang tidak penting, kau mungkin akan terjebak dalam waktu yang lama. Tapi bahkan jika kau terjebak, jangan panik. Tetap tenang dan jika kau bekerja sama, kau harus bisa mengatasinya"

Dia meninggalkan kalimat ramalan seperti itu.


***

"Bagaimana pengalaman ramalan pertamamu?"

"Bagaimana denganmu?"

"Sangat puas, peramal itu cukup terkenal di seluruh dunia. Dikatakan bahwa keakuratannya cukup tinggi" Ibuki memberitahuku.

"Kurasa begitu ... itu seperti profesi sederhana, tapi sangat sulit"

"Apa maksudnya?"

Lebih dari setengahnya hanya berdasarkan pola dari gambaran dan kata-kata yang bisa di dengar dari sebuah ramalan. Tapi di dalamnya, tidak bisa dipungkiri bahwa ada juga fakta yang akurat. Dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa dia prediksikan hanya dengan kata kunci yang aku berikan kepadanya.

Aku tidak bisa lagi menganggapnya sebagai sesuatu yang bisa didapatkan dari menjalani hidup yang panjang atau memiliki pengalaman meramal.

"Mulai sekarang, aku tidak akan menganggapnya hanya sekedar ramalan lagi. Begitulah perasaanku" kataku pada Ibuki.

"Ahh, aku mengerti"

Itu adalah jawaban yang sedikit tidak penting meskipun dia yang menanyakannya. Dan bersama-sama, kami sampai di lift terdekat.

"Geh ... sudah rame lagi"

Jika aku melanjutkan, ini adalah neraka dan jika aku kembali, ini masih merupakan neraka. Murid-murid membanjiri ruang di depan lift.

"Maaf, tapi aku akan mengambil jalan memutar untuk kembali" kataku pada Ibuki.

"Aku juga" dia segera menjawab.

Sepertinya Ibuki juga sedang memikirkan jalur pemikiran yang sama sepertiku dan saat kami berdua menuju lift yang jauh, kata-kata peramal kembali ke kepalaku.

"Omong-omong, sebelumnya..."

"Peramal itu mengatakan kepada kita, jangan mengambil jalan memutar"

Untuk beberapa waktu, mataku bertemu dengan Ibuki. Entah itu hanya sebuah kebetulan atau kesengajaan, kami akan mengambil jalan memutar pada saat ini juga.

"Aku pikir itu mungkin menarik. Ayo cari tahu seberapa akuratnya prediksi itu"

Jika tidak, aku akan kembali tanpa apapun yang terjadi dan pada akhirnya aku akan berpikir jika itu hanyalah sekedar ramalan. Tapi pada akhirnya, tanpa apapun yang terjadi, kami sampai di lift yang jauh. Dan saat itu, tidak ada seorang pun di sekitar kami. Kami bisa memakai lift di waktu senggang kami.

"Apa kau tidak masalah dengan lantai 1?"

"Aku akan kembali ke sana" jawab Ibuki.

Sepertinya kami tidak akan memiliki jalur yang sama untuk kembali sehingga aku menekan tombol ke lantai 1 dan menutup pintu lift.

Lift mulai bergerak perlahan. Karena kami tidak lagi memiliki sesuatu untuk dibicarakan satu sama lain, kami menghabiskan waktu di dalam lift dengan diam. Tapi saat aku mengatakan 'bergerak', itu hanya sesaat. 

Semenjak lampu "lantai 3" menyala, lift berhenti dengan suara yang berat. Sepertinya tidak ada seorang pun yang mencoba masuk ke lift di lantai 3, tapi lift, dalam usahanya untuk turun lebih jauh dari lantai 3, berhenti di tengah jalan. 

Saat aku merenungkannya, untuk sesaat, lampu mati dan warna menjadi hitam pekat.

Namun, pada saat itu, lampu darurat kembali menyala dan kami bisa menghindari situasi gelap gulita.

"Apa mungkin, pemadaman listrik?" Ibuki bertanya.

"Hampir mirip"

Tidak banyak orang-orang yang akan mengalami kerusakan lift seperti ini. Jika ini adalah kesialan tak terduga yang diprediksi oleh peramal, dalam arti tertentu, ini tepat sasaran.

"Untuk sekarang, seharusnya telepon darurat masih belum cukup?"

Tidak perlu panik disini. Lift sudah disiapkan untuk situasi rusak seperti ini. Disini juga ada kamera pengintai dan tombol darurat (interkom yang menghubungkan lift ke pusat pencegahan bencana) yang terpasang.
T/N: Interkom adalah alat komunikasi tanpa kabel yang tidak menggunakan pulsa.

Dan setelah memberitahukannya hal tersebut, tanpa keberatan, Ibuki bersandar di dinding lift... Kurasa aku akan menekan tombolnya dan meminta bantuan.

Aku melakukannya, tapi...

"Tidak ada jawaban"

Aku tidak tahu apakah telepon yang dituju itu berdering atau tidak, aku merasa aku tidak bisa masuk ke pusat pencegahan bencana.

"Bukankah pemadaman listrik juga mematikan telepon?" Ibuki bertanya kepadaku.

"Tidak. Lift biasanya memiliki baterai cadangan yang bisa berjalan selama beberapa jam. Sebagai bukti, lampu darurat menyala sekarang. Itu berarti pasti ada kesalahan internal lainnya di lift."

Aku mencoba menekan tombol yang tuna rugu gunakan, tapi itu juga tidak merespons. Dengan kata lain, tombol panel yang terpasang pada dirinya sendiri sudah rusak.

Baterai masih berjalan dan AC juga masih bekerja. Itu saja sudah merupakan berkah, tapi apa yang harus dilakukan sekarang?

"Apa kau bisa menghubungi sekolah dengan ponselmu? Itu masih berhubungan" aku bertanya pada Ibuki.

"Maaf, tapi tolong lakukanlah sendiri"

"Aku bisa mengerti perasaanmu karena tidak ingin berbicara dengan orang lain, tapi bukankah ini akan baik-baik saja?"

"...yang benar saja" gumam Ibuki sambil mengeluarkan ponselnya dengan ekspresi tidak senang.

Tapi saat melihat layarnya, ekspresinya berubah menjadi buruk. Dia kemudian memutar layar untuk menunjukkannya kepadaku. Di layar ada pemberitahuan yang memberi sinyal baterai lemah, dan tidak lama kemudian ponselnya mati.

"Karena aku tidak memiliki kontak di ponselku, aku bahkan tidak menyadarinya sampai baterai ini habis. Jadi, sebagai gantinya kau yang menelpon"

"Mau bagaimana lagi"

Mengambil ponselku sendiri. Ketika aku melihat ke layar dan aku segera membeku.

"Telpon sekarang, cepatlah"

"Sepertinya situasi ini jauh lebih serius dari yang aku pikirkan"

Sama seperti yang dilakukan Ibuki tadi, kali ini, aku menunjukkan kepada Ibuki layar ponselku.

Persentase baterai yang ditampilkan di ponselku hanyalah 4%. Rasanya seperti api di puncak mercusuar yang akan hilang kapan pun oleh angin.

"Kau benar-benar mengacauku”

"Ini sangat mirip denganmu, karena aku tidak memiliki banyak orang yang bisa aku ajak bicara, aku tidak peduli apakah aku memiliki daya baterai atau tidak," jawabku.

"Tidak, tidak, kita benar-benar dalam masalah sekarang. kau adalah orang yang tidak berguna"

"Kau sangat kasar meski kita berdua ini sama... masalahnya adalah kemana harus menelepon sekarang, huh?" Aku bertanya pada Ibuki.

Aku bisa menghubungi polisi atau layanan darurat, tapi ada sesuatu yang sepertinya aku hadapi. Jika masih di dalam halaman sekolah, pasti ada tempat lain yang bisa aku telepon dan berpikir seperti itu, aku mulai mencari tahu apakah aku bisa menemukan kontak untuk layanan darurat di lift.

Seperti yang aku lakukan, di dekat papan operasi lift, ada 10 digit nomor.

Tapi... itu pasti adalah ide dari seseorang yang menyebabkan kerusakan, tapi 4 digit terakhir sudah dicoret.

"Lelucon ini terlalu berlebihan..."

"Kenapa kau tidak menelepon salah satu temanmu dan meminta bantuan?" Ibuki lalu bertanya kepadaku.

"Teman, ya?"

Sepertinya tidak ada pilihan yang lain, tapi masalahnya adalah siapa yang harus aku hubungi.

"Jika semuanya berjalan dengan baik, maka itu adalah Horikita"

"Ditolak" Ibuki langsung menjawab.

"... aku pikir kau akan mengatakan hal itu"

"Jika kau meneleponnya, itu berarti dia akan datang dan menyelamatkanku. Jangan bercanda"

Aku tidak berpikir bahwa siapapun yang melakukan penyelamatan di dalam skenario ini penting. Dan bukan berarti ini adalah kesalahan Ibuki juga. Ini hanyalah lift yang macet sehingga sejak awal tidak perlu khawatir juga.

"kau tidak ingin hal ini menjadi heboh, jika kita melakukannya" Ibuki mengangguk sedikit sebagai jawaban.

Jadi dengan kata lain, seseorang yang akan membantu kami tanpa menimbulkan keributan saat melakukannya adalah yang terbaik. Itu berarti ketiga orang idiot itu sudah dicoret dari solusi. Dalam sebuah kejadian seperti ini, tidak mengherankan jika mereka menyebarkan hal ini ke sana ke mari.

Tapi kalaupun aku mengandalkan seseorang yang tidak akan menyebarkannya seperti Sakura, menyelesaikan situasi seperti ini akan sulit untuknya. Akan sangat merepotkan baginya untuk menghubungi orang dewasa dan akhirnya aku akan menyebabkan masalahnya untuknya.


Dalam arti yang sama, Kushida dan Karuizawa juga tidak cocok dengan sesuatu yang seperti ini. Seseorang yang akan datang dan membantu kami tanpa kehebohan. Dan di dalam masalah ini, yang bisa aku andalkan adalah...

"Di saat seperti ini"

Di dalam daftar kontakku, satu-satunya orang yang bisa aku andalkan saat ini tidak lain adalah orang itu.

"Aku menghormati keinginanmu, tapi kau harus menyerahkan sisanya kepadaku sekarang" kataku kepada Ibuki.

"Selama itu bukan Horikita aku tidak keberatan dengan itu"

Kemudian aku mulai menelpon orang tertentu dan beberapa detik setelah telepon mulai berdering, laki-laki pendiam itu menjawab dengan tenang panggilan ini. Aku menceritakan situasiku dan memintanya untuk membantu kami. Tapi tak lama setelah aku memulai pembicaraan, ponselku tiba-tiba mati.

"Baterainya sudah habis" kataku pada Ibuki.

"Apa kau sudah mengatakannya dengan benar?"

"Mungkin"

Sekarang yang bisa aku lakukan hanyalah duduk dan menunggu. Tidak perlu terburu-buru. Cepat atau lambat, seseorang juga pasti akan menyadari situasinya. Bahkan jika kami mencoba membebaskan diri dari lift seperti yang terjadi di bioskop-bioskop, itu hanya akan menimbulkan bahaya yang lebih banyak.

Tapi sepertinya situasi ini berjalan dengan cara yang tidak terduga dan seperti yang sudah aku pikirkan, aku mendengar suara dari dalam yang dibuat oleh mesin bergema di dalam lift, pendingin yang memberikan angin  sejuk ke dalam ruangan berhenti.

"Tidak mungkin ini nyata..."

Ibuki yang tenang sampai sekarang, mulai menjadi panik. Kami berada di tempat yang tertutup rapat di pertengahan musim panas, ini bukan waktunya untuk membayangkan jika suhu akan mulai meningkat di sini.

Saat ini udara di dalam lift menjadi sedikit hangat dari waktu ke waktu, apakah kami menyukainya atau tidak, kami pasti akan mulai berkeringat.

"Apa ada cara untuk keluar dari sini sendirian?" Ibuki bertanya padaku.

"Sepertinya, tempat pembobolan darurat itu ada, tapi..."

Saat ini, sepertinya akan menjadi semakin panas, tapi ada pintu keluar yang dibangun di langit-langit lift. Itu merupakan sesuatu yang biasanya terlihat di dalam film, tapi meloloskan diri dengan itu kenyataannya adalah---

"Bagaimana kita bisa membukanya?"

Ibuki yang melihat ke atas, mau tidak mau mengajukan pertanyaan tersebut. Umumnya, pembobolan darurat tidak bisa dibuka dari dalam. Sehingga di dalam skenario di mana tim penyelamat tidak bisa membuka lift yang tertutup, mereka bisa menggunakannya sebagai upaya terakhir untuk menyelamatkan orang-orang yang terjebak di dalamnya.

"Aku pikir lebih baik tidak melakukan apapun dan menunggu saja, ini adalah peraturan yang harus dilakukan dalam masalah yang darurat di dalam lift"

Itu adalah cara teraman dan yang paling pasti.

"itu jika kau bisa menangani sauna ini dengan yakin" Ibuki balas menembaki.

Dan sementara kami saling memberikan tanggapan yang tidak berguna bolak-balik, suhu sudah meningkat. Aku bisa mengerti bagaimana keinginan untuk keluar dari sini, tapi aku ingin menghindari keputusan yang salah. Aku melepaskan lapisan kemejaku saat aku duduk di lantai.

Di dalam situasi seperti ini, sesuatu yang harus dilakukan adalah tidak menaikkan suhu tubuh itu sendiri.

"Bagaimana kalau kau ikut duduk juga? Jika terlalu panas, kau juga bisa melepaskan lapisan bajumu" kataku padanya.

".... huh? Apa kau mungkin sedang memikirkan sesuatu yang cabul di dalam situasi seperti ini?”

Sepertinya Ibuki mengartikan kata-kataku seperti itu dan kewaspadaannya meningkat.

"Aku dengar kau mampu bertarung dengan Horikita. Tidak mungkin aku bisa mengalahkan seseorang sepertimu"

"Itu benar, tapi ..."

"Tentu saja, jika kau akan melepaskannya, aku akan membelakangimu dengan santai"

"Aku tidak akan melepaskannya"

Setelah mengatakan bahwa dia tidak akan melakukannya, Ibuki kemudian duduk di tempat.

Setelah itu, kami menunggu sekitar 30 menit dengan sabar tapi tidak ada kontak dari luar.

"Ini buruk..." Gumamku setelah mendengar nafas Ibuki yang keluar dengan kasar di sampingku. 

Kami mulai berkeringat di dahi kami dan keringat yang keluar dari kepala kami, membasahi rambut kami dan mulai menetes.

Pakaian yang aku gunakan sudah terlihat seperti aku yang sedang berada di bawah air terjun. Sepertinya situasi ini jauh lebih berbahaya daripada yang aku bayangkan.

Memikirkannya kembali, lift ini dipasang di dinding Keyaki Mall. Berkat AC yang selalu menyala, aku menjadi tidak menyadarinya, tapi lokasi ini akan sangat sensitif terhadap panas di dalam kondisi yang seperti ini.

Ada insiden dimana anak-anak meninggal di tengah musim panas setelah terkunci di dalam mobil, tapi hal yang sama juga berlaku untuk orang dewasa. Dan seolah-olah, sengatan panas itu mulai menyerang kami.

"Ahh, aku sudah berada dibatasanku, bergeraklah!”

Merasa frustrasi, Ibuki berdiri dan dengan segenap kekuatannya dan dia menendang ke keluar lift, meninggalkan bekas penyok di tempat dia menendangnya. Dia menendang di tempat yang sama lagi. Lift sedikit bergoyang namun tidak menunjukkan tanda-tanda pergerakan.

"Kau hanya menyia-nyiakan tenagamu... tapi sekali lagi, aku benar-benar tidak bisa mengatakan bahwa hanya duduk diam adalah pilihan yang aman lagi" kataku kepada Ibuki.

Bahkan jika seseorang menyadari kemacetan lift dalam waktu 5 menit, hal itu masih akan membawa para penyelamat datang dalam waktu kira-kira 30 menit untuk sampai ke lokasi kami. Jika mereka sudah datang, seharusnya ini adalah saatnya penyelamatan tiba.

Jika kami tetap berada di sini setelah waktu itu berlalu, kami tidak akan bisa menghindari sengatan panas dan dalam beberapa kasus, ini juga akan menjadi risiko yang mengancam jiwa kami. Semenjak sampai kepada pemikiran ini, aku tidak bisa lagi mengatakan bahwa terus duduk diam adalah keputusan yang benar lagi.

"Tidak ada pilihan lain ..."

Aku menolak untuk mati di sauna lift ini.

"Haruskah kita menendangnya dari sini? Hei, haruskah kita menendang?" 

Ibuki bertanya kepadaku karena sudah kehilangan kesejukan dari udara yang panas dan sepertinya hal ini sangat menekankan keinginan hatinya untuk mengamuk.

"Terlepas dari bisa keluar atau tidaknya, untuk saat ini, ayo kita coba membuka penutup di bagian atas" kataku padanya.

Saat ini yang terpenting adalah meloloskan diri dari skenario tertutup ini. Bahkan jika kami tidak bisa keluar, asalkan tempat itu terbuka, itu sudah cukup.

"Tingginya.... kurang lebih 2 meter, sekitar 2,2 atau 2,3 ​​meter"

Bahkan jika aku mengulurkan tanganku tinggi-tinggi, tentu saja aku tidak akan bisa mencapainya.

"Minggir"

Ibuki mengancam dan melotot kepadaku saat aku sedang mengukur ketinggian pintu pembobolan darurat. Lalu dia melompat dari kanan di bawah pintu pembobolan darurat. Lompatan vertikal yang luar biasa. Dia kemudian mengulurkan tangan kanannya ke langit-langit, dan mengeluarkan semua kekuatannya.

Tapi tempat itu sepertinya tidak menunjukkan tanda-tanda akan terbuka dan dari benturan Ibuki yang mendarat kembali ke lantai, lift bergoyang dengan kuat.

"... sepertinya itu macet"

"Aku rasa begitu"

Jika itu hanya ditutup seperti biasanya, sekarang, seharusnya sudah terbuka.

“Kau pikir itu terkunci, kalau begitu, bagaimana mekanisme pengunciannya?" Ibuki bertanya padaku.

"Entahlah, aku pikir itu dikunci menggunakan gembok tapi... ada apa?"

berhubungan dengan hal itu, aku juga tidak yakin.

"Aku akan menendangnya"

"Tidak, tunggu. Tentu saja itu tidak mungkin"

Aku tidak yakin apakah dia sangat percaya diri dengan teknik menendangnya, tapi itu bukan sesuatu yang bisa ditendang dengan mudah.

"Pintu itu adalah pintu darurat, bukan? Itu berarti benda itu terhubung ke luar. Itu sebabnya tim penyelamat bisa membukanya dari luar, itu artinya pintu yang terbuka itu adalah jalan keluar dari sini sejauh yang aku ketahui. Kekuatan yang dibutuhkan untuk itu juga seharusnya lebih kecil"

Bukan berarti aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi situasi adalah situasi. Pertama, karena pembobolan darurat terletak di langit-langit, lupakan, Menendang akan sulit dengan kakinya atau bahkan memukulnya.

"Aku tidak akan tahu dengan pasti kecuali aku mencobanya" kata Ibuki kemudian.

Sepertinya Ibuki ingin melarikan diri dari panas ini secepat mungkin saat dia mulai melihat ke dinding di kiri dan kanan. Jangan bilang jika dia ingin melakukan lompatan segitiga dengan menendang dinding. Jika itu adalah dia, aku yakin dia akan memikirkan sesuatu seperti itu, tapi aku tidak bisa membayangkan bahwa dia sedang melakukan hal itu.

"... aku bisa mengatakan bahwa ini persis seperti yang diramalkan. Sepertinya ramalan sang peramal sudah menjadi kenyataan, huh?”

"Hah? Apa lagi itu?"

"Wanita tua itu mengatakannya, bukan? Bahkan jika kita mendapatkan kesialan, jangan panik dan saling bekerjasama."

Aku melirik ke lokasi di mana tombol-tombol lift itu berada.

"Tombol darurat tidak merespon. Aku penasaran tentang tombol yang lainnya"

Karena lampu di tombol untuk lantai 1 masih menyala, memikirkannya, setidaknya sebagian baterai masih bekerja. Aku mencoba menekan tombol lantai 2 sebagai percobaan dan ketika aku melakukannya, lampu untuk lantai 2 juga menyala.

Mungkin hanya untuk lampu yang masih aktif tapi patut dicoba. Kemudian aku mulai menekan tombol secara acak.

"Itu tidak ada gunanya, sepertinya."

Setelah menekan semua tombolnya, Ibuki berkata lagi seolah mengingatkanku.

"Tidak ada pilihan selain menendangnya"

"Tidak. Masih ada cara lain. Lift memiliki perintah seperti meng-cancel perintah di dalamnya, bukan?"

Bukan berarti aku adalah ahlinya lift, tapi itu hanya hal sepele yang aku ketahui dari sesuatu.

Itu adalah cara untuk meng-cancel perintah saat aku salah menekan tombol lantai bawah karena kesalahan. Aku pikir perintahnya bergantung pada pabrikan, tapi berulang kali aku terus menekan tombol batal, atau memang seperti itu.

Tapi setelah membiarkan tombol lantai 2 seperti itu, lampu kuning yang menyala tiba-tiba berkedip.

"Pasti ada beberapa perintah yang tersedia dalam mode pemberhentian ..."

"Pemberhentian ...?".

"Misalnya, anggap saja ini adalah lantai 3. Jika ada seseorang yang ingin turun di lantai 2 mereka akan menekan tombol tersebut dan itu akan berhenti di lantai 2. Tapi jika kau menggunakan perintah pemberhentian, perintah yang sebelumnya akan diabaikan dan langsung turun ke lantai 1 "kataku

Tapi aku tidak tahu apakah perintah pemberhentian ini dipasangkan di lift ini atau tidak.

"Masalahnya adalah menemukan sebuah cara..."

"Apa itu harus dicoba?" Ibuki bertanya.

"Ini lebih baik daripada melakukan tugas yang sulit seperti menendang langit-langit" jawabku padanya.

Tapi, kurasa lift tidak akan bergerak begitu saja. Aku hanya menyebutnya sebagai; untuk membuang waktu dan mengubah topik pembicaraan dengan memberikan harapan kepada Ibuki yang hampir kehilangan akal sehatnya.

"Pinjamkan aku otakmu juga, perintah seperti ini juga bisa diberikan oleh pemikiran individu yang berbeda. Jika kau memberikanku idemu juga, ini mungkin secara tidak terduga akan berhasil" kataku kepada Ibuki.

Kemudian aku menekan tombol untuk lantai 1 berulang kali dan kemudian setelah itu aku mencoba menekan semua tombol untuk semua lantai.

Tapi tidak satu pun dari mereka yang menyebabkan lift bereaksi.

"gantian"

"... baiklah"

Kemudian Ibuki bergabung dan mulai bekerja di depan tombolnya. Sepertinya memang harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa bantuan benar-benar tidak akan datang. Bukan berarti aku ingin menggunakan ide Ibuki, tapi aku harus mempertimbangkan bahwa menendang ke pintu keluar mungkin memang diperlukan. Bahkan jika membukanya itu tidak mungkin, aku mungkin bisa membuka celah kecil agar manusia bisa merangkak melewatinya.

Aku bukan ahli lift, tapi selama melarikan diri ke luar itu masih mungkin, apa pun akan terjadi.

Hanya saja, jika memungkinkan, aku ingin keluar tanpa harus menggunakan kekuatan yang seperti itu.

"Aku tidak bisa meng-cancel-nya, tapi aku pikir kau tidak bisa mendapatkan perintah pemberhentian hanya melalui kombinasi tombol yang digunakan setiap hari" kata Ibuki.

Tentu saja, dengan menggunakan logika, itu sudah jelas. Anak-anak terkadang suka bermain-main dengan menekan-nekan tombolnya. Dan jika lift masuk ke dalam mode pemberhentian setiap saat, maka hal itu akan membuat para penumpang merasa tidak nyaman. Dengan kata lain, kemungkinan kami tidak akan menemukan mode tersebut dengan kombinasi seperti itu cukup tinggi, atau setidaknya itulah penalaran Ibuki.

"Itu mungkin ide yang bagus... mungkin lebih baik menggunakan kombinasi kompleks juga," kataku padanya.

Misalnya, setelah menekan urutan seperti 1, 6, 5, 5, 4, 2, 4 (T/N: Kode Pemberhentian) kemudian aku bisa menekan tombol lantai yang ingin aku tuju. Tapi akan sulit bagi orang-orang untuk menghafalnya dan itu akan memberlakukan persyaratan ketinggian yang ketat minimal 6 lantai. Aneh rasanya kalau tidak bisa menggunakannya dengan lift yang hanya bisa naik sampai 3 lantai.

"Kita juga harus mencoba menggunakan tombol darurat"

Jika hanya bereaksi dengan ditekan, akan sulit untuk menggunakannya sebagai perintah.

"Jadi dengan kata lain ... 1 atau 2 atau 3. Tertutup dan terbuka di 5?"

"Kita harus menganggap bahwa hal itu dibuat dari kombinasi seperti itu"

Tapi, jika ada kombinasi yang lebih dari itu akan menjadi sangat sulit untuk menguji mereka semua. Jadi Ibuki terus menguji pola yang sudah ditetapkan. Dan saat aku melihatnya melakukannya, aku mengecualikan kombinasi yang gagal.

"Ahh... ini sudah mulai panas"

Gan! Ibuki meninju dinding dengan tinjunya seolah-olah hal itu bisa menghilangkan rasa frustrasi yang disebabkan oleh panas. Normalnya, aku akan memberinya peringatan lain untuk menentang hal ini, tapi karena dia puas dengan itu, aku memutuskan untuk membiarkanya.

"... ini tidak terbuka, apa kau belum mencoba semuanya?"

"kurang lebih, kalaupun ada yang tersisa ..."

Karena masih ada kemungkinan, aku memutuskan untuk mencoba perintah yang belum aku uji.

"Kenapa kau tidak mencoba menekan lantai tujuan dan tombol tutup pada saat bersamaan?"

 "Tombol tutup? ... aku mengerti"

Sambil berpikir bahwa itu tidak mungkin, Ibuki mencoba kombinasi yang belum pernah diuji. Dan saat dia menekannya, meski kupikir itu tidak akan berhasil, pada saat itu lift mulai bergerak perlahan lagi. Kami berdua langsung saling memandang.

Dan dalam beberapa detik lift sudah mencapai lantai 1 dan pintunya perlahan terbuka. Angin segar mengalir ke dalam lift, dua orang dewasa yang mengubah ekspresi mereka berpaling untuk melihat kami.

"Apa kalian berdua baik-baik saja? Apa kalian terluka?"

"Ahh, tidak, kami tidak terluka, hanya merasa panas di sana saja"

Hanya dengan melihat betapa berkeringatnya kami, mudah untuk menebak betapa panasnya tempat itu. Mungkin orang dewasa juga menyadarinya, tapi dengan cepat kami diberikan minuman olahraga.
T/N: Minuman olah raga itu kek Pocari Sweat.

Dan kemudian, untuk berjaga-jaga, kami dibawa pergi ke UKS.

"Umm.... Bisakah kami bertanya sesuatu? Bagaimana lift itu bergerak...”

"Ya, kami mengoperasikannya dari sini"

Ternyata ada remote control khusus yang bisa dioperasikan mulai dari lantai 1, sepertinya hal itu berkat penggunaan mode pemberhentian dari sini. Dan kami kebetulan menggunakan kombinasi itu dengan timing yang sama.

"... Kalian pasti sudah mengalami masa-masa yang sulit"


"banar-benar sebuah malapetaka. Aku merasa sudah cukup dengan peramal untuk beberapa waktu ke depan”

Bukan berarti aku tidak mengerti perasaan Ibuki karena mengatakan hal itu. Kemudian aku mengungkapkan rasa terima kasihku kepada orang dewasa, dan orang yang melihat dari jauh kemudian mendekati kami.

"Apa kau baik-baik saja, Ayanokouji?" dia bertanya padaku.

Pria besar yang mendekat memiliki aura yang familiar dan bertanya kepadaku dengan suara yang khawatir.

"Kau menyelamatkan kami, kau berhasil mengeluarkan kami"

Lift yang berhenti menyebabkan beberapa masalah. Tapi sepertinya itu tidak menimbulkan kehebohan yang mencolok. Pria ini, Katsuragi, mungkin berhasil melakukan hal itu untuk kami.

"Informasi yang kau ceritakan kepadaku melalui telepon sudah cukup. Ini cukup bagus, bukan?" dia bertanya padaku.

"Aku harus pergi ke UKS sekarang, tolong biarkan aku membalasnya lain kali" kataku pada Katsuragi.

"Kau tidak perlu melakukannya, aku sendiri sudah banyak dibantu olehmu dan juga Sudou. Karena kita berasal dari kelas yang berbeda, ada garis yang sama sekali tidak bisa kita lewati, tetapi jika kita bisa menyesuaikan diri, itu akan saling menguntungkan” Katsuragi menjawabku.

"Sepertinya itu berjalan dengan lancar"

"Ya, Sudou menjawab harapanku dengan cemerlang, tolong beritahu dia sekali lagi bahwa aku sangat menghargainya" kata Katsuragi.

"Aku mengerti"

"Dan juga, Ayanokouji, aku juga harus berterima kasih, meskipun bukti sebelumnya sudah disiapkan, seharusnya ada sedikit perlawanan sebelum menyetujui permohonan yang telah aku buat" lanjutnya.

Dia menundukkan kepalanya seolah meminta maaf kepadaku. Tapi aku merasa sangat bersyukur saat ini. Jika aku terjebak lagi di lift itu, pasti aku akan kehilangan ketenanganku.

"Jika ada sesuatu yang kau butuhkan lagi, tolong hubungi aku. Jika aku bisa membantu, aku akan bekerja sama selain di dalam ujian" Katsuragi tertawa untuk beberapa saat dan pergi sambil meninggalkan lelucon seperti itu untukku.

Dan sebelum aku menyadarinya, aku sudah menjadi akrab dengan Katsuragi. Hampir seakrab dengan 3 idiot itu, mungkin bahkan lebih dari itu. Kenapa aku mengetahui alamat kontak Katsuragi Kelas A, dan kenapa aku begitu akrab dengannya?

...Itu adalah cerita dari beberapa waktu yang lalu.

LANJUT CHAPTER 2

11 komentar:

  1. Wow update nya cepet bgt mantap min dan semangat

    BalasHapus
  2. Terima kasih update nya.. Semangat terus ya untuk tl nya.. Ga sabar denger kata peramal tentang kiyotaka..

    BalasHapus
  3. Samangat min. Rilisnya cepet banget

    BalasHapus
  4. update setiap kapan min.ga sabar nunggunya :v

    BalasHapus
  5. min butuh bantuan buat translate barang kali saya bisa bantu tapi saya masih pemula mungkin bisa ente bantu nanti kedepannya

    BalasHapus
  6. i love u min udah update ni LN 😂
    btw Thx 😁

    BalasHapus
  7. Kirain sy melwatkan 1 chapter,setelah baca bagian bawah.

    BalasHapus