Novel Konoha Hiden Chapter 1 - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Senin, 25 April 2016

Novel Konoha Hiden Chapter 1



HADIAN PERNIKAHAN


 

Jika kau bertanya kepada seseorang tentang desa-desa shinobi yang tersembunyi, kemudian kau akan menemukan sejumlah besar penduduk.. Ada tipe yang tidak mencintai shinobi atau tempat tinggal mereka.. yang menganggap jika desa-desa tersembunyi itu sebagai kota kecil yang tertutup oleh pegunungan di segala sisinya.

 

Tentunya, penduduk tersebut akan berkata. Desa tersembunyi secara penuh terpencil dari dunia luar. Terisolasi secara penuh dari orang lain. Semacam Pulau yang mengapung di dalam laut , terbelakang dan belum dikembangkan.

 

Secara pasti mereka mengatakan apabila desa tersembunyi adalah suatu tempat dimana orang normal akan menjadi idiot untuk ingin mengunjunginya dan diatas semua itu, kurang lebih kau hanya akan bisa menemukannya dengan cara melewati sangat banyak sekali kesulitan. Desa shinobi tersembunyi memang seharusnya adalah nama dari suatu tempat.

 

Itulah yang dipikirkan oleh kebanyakan orang.

 


Akan tetapi kenyataannya sangatlah jauh berbeda.

 

Konoha dapat dikenali dengan amat baik melalui Maha karya yang ada pada pintu masuknya. Ya! Gerbangnya yang khas dan megah. Yang akan membuatmu 'menganga' karena kagum.

 

Jika orang normal masih pertama kalinya masuk ke Konoha, dia pasti akan tercengang-cengang ketika melihat gerbang itu menyambut mereka. Saat mereka melewatinya.. Mereka akan melihat desa yang sangat luas dengan populasi manusia dan aktivitasnya yang begitu padat.

 

Desa itu senantiasa dirawat dan dibangun. Bahkan terbatas hanya untuk membangun sebuah area perumahan. Ada sekolah, rumah sakit, berbagai macam pusat perbelanjaan, bahkan area-area rekreasi. Ada segala hal yang dibutuhkan untuk memenuhi kehidupan, hidup mereka sepenuhnya ada disana.

 

Benar, semua pembangunan mungkin bisa ditemukan di pusat desa saja. Karena Konoha cukup luas dan sibuk maka kau bisa menyebutnya dengan Negara Otonom kau tidak akan bisa menjauh dari itu.

 

Kau bisa tinggal disana sepanjang hayatmu. Tidak pernah mengambil satu langkahpun dari batas luar Konoha, dan tidak pernah mengingingkan sesuatu, tidak pernah kekurangan segala jenis kenyamanan. Dan ini adalah sebuah kota penting yang terletak jauh di dalam hutan.

 

Itulah kenapa Konohagakure benar-benar sebuah kota besar yang tiba-tiba terwujud di dalam hutan.

 

Tidak ada satupun shinobi merasa tidak puas dengan tempat tinggal yang seperti itu.

 

Konoha secara original terbentuk dari gabungan shinobi dari klan mereka masing-masing. Namun ketika sekelompok orang hidup bersama disuatu tempat, mereka tentunya akan berakhir dengan kekurangan persediaan makanan. Dan pastinya, setelah itu akan ada permintaan soal penjual persediaan, semacam toko yang menjual kebutuhan sehari-hari juga. Berdasarkan logika tersebut, sudah wajar apabila sekelompok orang akan memiliki persepsi yang sama: Pedagang-pedagang mempertimbangkan desa yang dipenuhi oleh para pelanggan.

 

Jadi mereka menerima sekelompok orang non-shinobi semacam pedagang dan pengrajin yang ingin menjadikan para shinobi sebagai pelanggan mereka. Mereka akhirnya akan berpindah tempat tinggal di dekat pemukiman para Shinobi.

 

Seperti shinobi-shinobi yang memiliki klan dan keluarga, keadaan serupa juga terjadi para para pedagang dan para pekerja. Mereka tidak datang dengan hanya membawa dirinya seorang, namun juga membawa serta klan dan keluarganya juga.

 

Ada banyak penduduk biasa yang pindah ke desa bersama keluarga mereka demi kepentingan perniagaan. Seperti orang yang merupakan Shinobi asli, rupanya sekarang mereka mengambil pekerjaan berbeda-beda. Ada juga yang berpikiran 'Aku tidak berasal dari klan Shinobi, tapi aku ingin mengirim anakku ke Akademi Ninja', berpindah ke desa dengan maksud tersebut.

 

Rumah tangga shinobi, rumah tangga pedagang, rumah tangga pengrajin. Ada banyak.. Banyak orang-orang yang berbeda dengan latar belakang dan pekerjaan yang bervariasi, mereka semua datang untuk hidup bersama di desa.

 

Dan ketika bulan di langit menyusut, bulan dan tahun berlalu. Orang-orang dengan kediamannya tersebut berubah menjadi sebuah kota metropolitan. Ya! Itu adalah sekarang. Konoha yang sekarang!

 

Dan desa yang sangat besar itu, untuk saat ini masih terus tumbuh dan dimajukan.

 

Ukuran Konoha yang besar dibuat melingkar agar bisa mengelilingi seluruh desa yang akan menjadikannya sebagai sebuah karya yang agung. Menjangkau berbagai jarak di desa akan membuatmu berakhir dengan patah tulang.

 

Selanjutnya, saat ini terlihat seseorang sedang berlari mengitarinya, berlari mengelilingi Konoha.

 

Orang itu adalah Rock Lee.

 

Fajar bahkan belum menyingsing. Ini masih dini hari, dan yang mengagetkan dia sedang berlari memutari desa pada waktu yang seperti ini. Mimik mukanya seolah menunjukkan jika dia bisa mati kapanpun.

 

Kenapa justru dia malah berlari mengelilingi desa pada malam begini? Ketika para penduduk dan shinobi-shinobi yang sedang bebas misi sedang tertidur lelap?

 

Ini bukanlah untuk sebuah latihan khusus yang rahasia. Sebab pada kenyataannya, Lee tidaklah berlari karena dia merasa ingin berlari. Jika dia bisa, kemudian dia akan mengalami kerugian seperti pulang kerumah dan tidur. Akan tetapi dia pastinya memiliki masalah sehingga dia tidak bisa melakukannya.

 

Pada suatu hari, Kakashi Hatake - Hokage keenam mengumumkan sebuah ketentuan. Sebuah misi spesial di Konoha.

 

Ini adalah suatu pekerjaan yang rahasia, menyangkut Naruto Uzumaki dan calon istrinya - Hinata Hyuga. Sama sekali tak bisa menemukan seputar..... Inilah pernyataan lebih jelasnya:

 

"Mereka semua yang menghadiri pesta pernikahan Naruto dan Hinata harus membawa kado pernikahan."

 

Misi yang menggelikan bukan? Ini adalah sesuatu yang sepertinya akan dilakukan oleh setiap orang.

 

Kau pasti beranggapan jika diantara semua tamu di pesta pernikahan ada banyak orang yang tentunya sudah membeli kado pernikahan atau membuat persiapan untuk hal itu.

 

Akan tetapi, hampir semua teman-teman Naruto dan Hinata berusia sama mudanya dengan mereka. Kebanyakan dari mereka juga belum pernah menghadiri pesta pernikahan sebelumnya. Atau bisa dikatakan masih menghadiri pesta pernikahannya teman dekat mereka untuk pertama kalinya.

 

Sepertinya ini adalah untuk kepentingan mayoritas tamu-tamu undangan yang belum berpengalaman. Itulah status misi yang diberikan oleh Kakashi.

 

Lagipula, meskipun Kakashi terlihat pendiam dan kalem di bagian luarnya, sebenarnya Kakashi adalah orang yang memiliki selera humor. Ini adalah 'Misi rahasia tingkat atas' sesuatu yang cocok dengan gayanya.

 

Bisa dibilang, ada seseorang diantara tamu undangan yang akan percaya pada kata-kata 'Misi rahasia tingkat atas' . Seseorang yang akan menerima pengumuman misi tersebut dengan penuh semangat melebihi orang-orang yang lain.

 

Orang itu sudah jelas. Seseorang yang memperkenalkan dirinya sebagai si monster hijau liar tampan dari Konoha - Rock Lee.

 

"Aku akan membalas pertemananku dengan Naruto-kun dengan cara mengerahkan seluruh tubuh dan pikiranku untuk menemukan kado pernikahan yang terbaik." Itulah yang Lee katakan pada Kakashi. Kemudian dia berlari, berangkat, memulai aksinya untuk memenuhi misinya.

 

Lee adalah orang yang mempunyai kepercayaan kuat, kau akan memunculkan banyak ide selama latihan. Kepribadiannya sendiri bukanlah tipe orang yang akan berpikir ketika 'memikul' suatu hal. 'Menggerakkan tubuhku akan membuatku berpikir dengan lebih baik' .. Itulah yang dia pikirkan.

 

Akan tetapi.........

 

Lee sudah berlari dan berlari disekitar desa besar dengan waktu yang tak terhitung. Tetapi dia belum juga menemukan banyak ide.

 

Baiklah, lebih tepatnya.. Dia sedang berpikir tentang suatu hal.

 

Entah dimana, dia sudah memutari desa sebanyak dua kali. Kata-kata 'Dumbbell' tiba-tiba muncul di pikiran Lee.

 

Tetapi itu sangatlah konyol, bahkan Lee tahu kalau tak seorangpun akan membawa 'Dumbbell' sebagai hadiah pernikahan sehingga ide itu dibuangnya dengan segera.

 

Dan walaupun dia terus lari dan berlari, sejak itu Lee belum kepikiran soal ide yang lainnya. Belum menemukan satu ide yang cemerlang.

 

Ini akan menjadi hadiah yang tak seorangpun akan membawanya. Sesuatu yang dibicarakan adalah karakter dirinya juga.. Hadiah yang mengekspresikan hatinya, hadiah yang akan diterima dengan penuh kesenangan, hadiah terbaik yang pernah ada.

 

Namun bukan masalah seberapa banyaknya dia berpikir dan berpikir. Jawaban yang tepat tak kunjung menghampirinya.

 

"Ikatan antara aku dan Naruto seharusnya lebih baik daripada ini." Lee bergumam ketika dia berlari.

 

Dia akhinya memutuskan:

 

Sampai dia menemukan hadiah yang cocok, dia tak akan berhenti berlari!

 

Hatinya telah di aturnya untuk itu. "Aturan Pribadi" Lee sedang bergerak.

 

"Aturan Pribadi" Lee diwujudkan untuk memperbaiki tubuh dan pikirannya melalui latihan. Aturannya adalah sebagai berikut: Ketika Lee memutuskan untuk melakukan sesuatu, walaupun dunia tampaknya seperti akan hancur dan lenyap esok hari. Dia masih akan terus memperhatikan keputusannya itu sampai akhir. Itu adalah prinsip yang ditanamkan Lee dengan setia.

 

Sampai dia bisa memikirkan soal kado yang bagus selain 'Dumbbell' Lee akan terus dan terus berlari tanpa akhir.

 

Ngomong-ngomong, Lee tak menghitung berapa kali dia berlari, dia hanya berlari-lari memutari perbatasan Konoha, menghitungnya hanya dengan 'Satu kali lari'.

 

Sama dengan pulang kerumah, membersihkan lantai yang ada di sekitar ruangan misalnya. Mudah untuk membayangkan adegan itu kan?

 

Untuk Lee, berlari dengan 'Satu kali lari' di sekeliling desa berarti berlari memutari seluruh bagian desa di setiap sudut dan celah-celah jalanan yang ada di desa. Itu adalah cara sederhana yang bisa diperkirakan dengan mudah.

 

Tentu saja, itu berarti jika jalan yang Lee lalui juga termasuk; melompati pagar, loncat dari pohon ke pohon, berlari di atas atap perumahan yang berdekatan. Ini bukanlah sesuatu diluar kebiasaan, untuk seorang shinobi jalan seperti ini memang sudah biasa dilalui. Kenyataannya, ini adalah hal yang umum sehingga penduduk biasa tidak terlalu memperhatikannya.

 

Jadi, tak akan ada tuan tanah yang akan komplain karena Lee berlarian di atas atap rumahnya. Paling-paling hanya ada satu orang yang akan mengirimkan komplain di pagi hari: "beberapa orang beralis tebal telah berteriak 'KUAA' ketika dia berlari di atas atap rumahku pagi-pagi buta tadi. Dia benar-benar berisik."

 

Dibawah pengawasan semua Hokage terdahulu yang wajahnya terukir di gunung batu dan menghadap ke arah Konoha. Lee melompat dan berlari melewati seluruh desa.

 

Dia tetap melakukan itu sepanjang malam tanpa ada satu idepun yang mampir kepikirannya.

 

Dan entah bagaimana, tahu-tahu Lee sudah disambut oleh fajar di hari yang baru ini tanpa tidur barang sebentar saja.

 

Saat ini, sinar sang surya yang baru saja terbit telah menjangkau semua monumen ukiran wajah Hokage dan para Hokage pendahulu yang berada di pusat kota Konoha.

 

"Delapan ratus enam puluh empat."

 

Nafas Lee sangat terengah-engah ketika jumlah tadi tersentak keluar dari mulutnya.

 

Cara larinya kini semakin memburuk, dia sempoyongan dan seperti orang mengigau. Bahkan sekarang seorang yang sedang berjalan kakipun akan lebih cepat daripada dia.

 

Dia akhirnya sampai pada batasnya.

 

Kaki Lee rebah ke bawah. Tak tertolong, dia ambruk dan roboh ke depan. Dia bahkan tak punya tenaga untuk memperhalus cara jatuhnya. Jatuh lurus ke tanah, terpelanting mendadak.

 

Lee terbaring di tanah, tak bisa bergerak. Wajahnya menghadap kotoran yang ada di tanah. Dia bertanya, dimanakah letak kesalahannya?

 

Pertama, akan ada ide yang datang ketika pikirannya jernih, ketika dia menggerakkan tubuhnya. Adakah yang salah soal itu? Tidak, itu tidaklah mungkin. Itu salah. Lee dengan cepat membuang pikiran itu.

 

Kemudian, akan adakah ide yang datang jika dia berjalan, berdiri dengan tangan ditengah-tengah larinya ini? Dia berpikir itu akan membantunya memberikan gambaran yang berbeda dalam berpikir, tapi apakah itu malah ide buruk? Tidak! Dia butuh hal yang lebih menantang untuk menghasilkan ide-ide baru. Tidak perlu disebutkan, berjalan dengan tangan adalah bagian dari latihan normal yang ada di dalam jadwal Lee. Itu juga bisa jadi hal yang salah.

 

Bisakah menjadi metode yang luar biasa jika dia mencoba berlari mundur? Tidak, itu hanyalah metode yang sempurna untuk latihan.

 

Dia memang tak melakukan hal yang salah.

 

Tapi kemudian, masalahnya. Kenapa dia tak bisa memikirkan apapun?

 

Lee menatap kaku tanah yang ada di depannya, Tubuhnya yang 'terbakar panas' beberapa saat yang lalu, sekarang sudah menjadi dingin berkat udara pagi yang sejuk. Keringat yang mengalir di tubuhnya berubah menjadi dingin. Tubuh Lee mulai menggigil. Dia memaksa setiap otot pada titik-titik penting tubuhnya sehingga dia bisa kembali berdiri.

 

Walaupun ini untuk teman yang dia sayangi, walaupun aku berkata aku akan menaruh hatiku untuk mendapatkan hadiah pernikahan. Untuk memikirkannya, belum juga ada ide bagus yang muncul dalam pikiranku. Kenapa aku ini begitu payah?

 

Dia menutup rapat-rapat matanya, marah pada dirinya sendiri yang mengecewakan itu.

 

Akan tetapi, dengan mengatai dirinya 'payah' dan 'tak berguna' tak akan membuat semua berakhir. Dia telah memutuskan untuk menemukan hadiah yang layak, dia ingin membuat hidupnya sebagai taruhan. Jadi tidak mungkin kalau dia berhenti dan menyerah sampai disini.

 

Kelelahan dan kepenatan Lee membuatnya dengan tiba-tiba membuka matanya lagi. Lee menyadari sesuatu:

 

Seseorang tengah berdiri dihadapannya.

 

Sejak kapan itu terjadi? Lee melihat sepasang kaki di depannya. Dia mengenakan seragam yang terlihat tak asing. Lee tercengang karena tak mentyadari kehadiran orang itu sampai sekarang, mereka nampaknya memperhatikan dia.

 

Lee perlahan bangkit berdiri, mendongak untuk melihat siapakah orang itu.

 

"Neji..... " Gumam Lee pelan.

 

Mungkin ini hanyalah ilusi ataukah mungkin dia adalah hantu? Tetapi dia berdiri disana: temannya yang sudah meninggal - Neji Hyuga.

 

"Berlari tanpa henti sampai kau K.O." Kata Neji, memandang Lee dengan tatapan lembut seperti biasanya. "Kau masih tetap saja sama ya Lee!"

 

Lee hanya diam.

 

Ada banyak, ratusan. Ya! Ratusan hal yang ingin Lee katakan pada Neji jika suatu saat mereka bertemu lagi. Namun, ketika Neji berada di hadapannya dia jadi merasa sedih sehingga tak mampu berucap apa-apa.

 

Namun, walaupun tak berkata apapun, Neji sepertinya sudah mengerti semuanya.

 

Untuk satu alasan atau yang lainnya, hal yang pertama kali dipikirkan Lee adalah ketika dia menatap mata Neji.

 

Neji jongkok di samping Lee.

 

"Ada sesuatu yang benar-benar ingin aku katakan padamu." ucap Neji, meletakkan tangannya di bahu Lee.

 

Tangan Neji terasa hangat dan membawa harapan. Lee tiba-tiba berpikir kalau Neji muncul karena dia prihatin terhadap Lee yang terlalu memaksakan dirinya.

 

"Neji.... Aku....."

 

"Aku tahu, tak perlu mengatakannya." Neji tersenyum, rambut panjangnya sedikit tergoyang. "Lee, ingat ini baik-baik. Lebih dari stamina, kekuatan fisik dan Hyuga...."

 

Ucapan Neji terhenti, belum jelas dia akan menyelesaikan apa yang dia katakan atau tidak. Sosoknya tiba-tiba terbungkus oleh kabut pagi dan kemudian lenyap.

 

"....eh?."

 

Angin berhembus dengan cepat, berdesir, mengusik pepohonan disekitarnya.. mengusir pergi kabut pagi.

 

"Eh.. Tu-tunggu.. Neji!! Neji...!!"

 

Dia melihat kekiri dan kekanan. Mati-matian mencari Neji di sekelilingnya. Tetapi tak ada yang bisa Lee temui selain suara limbung dari keheningan pagi.

 

"Eeehh! Bukankah kau akan memberiku nasehat tentang hadiah pernikahan yang membuatku hampir gila ini? Bukankah ini alasan kau muncul Neji? NEEEJIIIII....!!!

 

"NEEEJIII.....!!" Lee terbangun, ketika dia mulai meneriakkan nama temannya.

 

Sekarang sudah pagi, awal yang indah. Tetapi cukup terlambat karena kebanyakan orang sudah bangun dan mulai bersiap-siap untuk menyambut hari baru.

 

Lee linglung, melihat kesekitarnya, mencoba menyesuaikan dengan situasi sekarang. Entah bagaimana, nampaknya dia benar-benar jatuh dan tertidur di tengah jalan, masih bagus karena dia tak melewati perbatasan desa.

 

"Begitu kah? Jadi ini hanya mimpi ya?" Lee bergumam, mulutnya kering, benar-benar kering dan haus.

 

Mimpi yang pendek dan terlalu singkat.

 

Lee duduk di jalan tanpa rasa. Menggantung kepalanya.

 

Neji sudah meninggal cukup lama. Beberapa tahun telah berlalu.

 

Tetapi saat ini, Lee kadang kala masih melihat Neji di dalam mimpinya. Mereka datang di istirahat sejenak ditengah misi yang sangat sulit dan ekstrim atau ketika Lee sedang dalam saat sulit, butuh pemecahan pada suatu hal.

 

Tetapi hanya kadang-kadang, hampir di setiap waktu ketika Lee ingin melihat Neji.. Neji tak pernah muncul.

 

Ketika Neji muncul, mimpi Lee biasanya berkisar tentang latihan yang penuh semangat bersama Neji atau sedang menjalankan misi berbahaya bersama Neji. Keduanya bersama-sama melawan kejahatan yang asing.

 

Jarang sekali Lee bermimpi bertemu, bertatap muka dan berbicara langsung dengan Neji.

 

Hampir semua mimpinya adalah hal-hal yang sudah pernah terjadi sebelumnya. Latihan atau bertarung melawan musuh, ataupun menyusun strategi dalam misi. Neji dengan tenang akan membicarakan strategi atau hal lainnya, sementara Lee akan berdiri di sampingnya. Mendengarkan dia dengan cermat.

 

Entah kapan Lee bangun dari mimpi itu, menyusun kata-kata yang akan keluar dari bibirnya.

 

'Ayo membuat lebih banyak serangan 'Dynamic' di garis depan.' Atau 'Aku akan maju, jadi perhatikan di sekeliling kita.'

 

Semua itu tidak dapat dia katakan pada Neji di dalam mimpinya.

 

Jika aku mengatakan ini pada Neji, bagaimana ekspresi wajahnya ya? Bagaimana dia akan menjawab?

 

Belakangan ini, ini menjadi hal keras dan semakin keras yang dipikirkan oleh Lee. Membayangkan bagaimana Neji akan bereaksi.

 

Lee sangat tertarik pada kenyataan itu.

 

Suara yang kuat dengan tiba-tiba muncul dari belakang Lee.

 

"Lee, itu adalah semangat muda yang kau dapatkan di awal pagi."

 

Lee menoleh kearah bahunya untuk melihat lelaki yang ada dibelakangnya. Tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang putih. Mengacungkan jempolnya.

 

Dia adalah guru dari semangat muda. Might Guy.

 

Akan tetapi.....

 

"Gu-Guy sensei..."

 

Lee kehilangan kata-kata, alasannya karena Guy. Guy sekarang hidupnya terbatas pada kursi rodanya. Entah bagaimana.. Dia dan kursi rodanya sudah berada di atas atap gudang senjata terdekat.

 

Selama perang besar dunia Ninja ke-empat, Guy mempertaruhkan hidupnya saat bertarung melawan Uchiha Madara. Membuka kedelapan gerbang Hachimon. Hidupnya kemudian diselamatkan oleh Naruto. Tetapi kaki kanannya telah kehilangan fungsinya, lumpuh.

 

Sejak saat itu, Guy hidup di kursi roda. Akan tetapi dia tidak pernah merubah semangat mudanya yang membara, mengukir kata 'masa muda' dan membuang kaki kanannya. Masih membawa harapan dan membimbing Lee seperti yang biasa dilakukannya.

 

Lee terpesona, membisu. Dia tak bisa memahami bagaimana gurunya bisa sampai di atas atap gudang senjata dengan kursi rodanya.

 

Tiba-tiba --

 

"TOU.!!" Guy memberikan tangisannya, meluncurkan dirinya dan kursi rodanya dari atas atap gudang senjata.

 

Entah bagaimana caranya dia mengatur derajat kursi rodanya untuk sebuah pendaratan yang mulus. Dengan suara letupan yang keras.

 

Lee bergegas menghampiri gurunya, kebingungan bercampur dengan khawatir.

 

"Sensei, itu tadi sangat berbahaya! Kenapa kau melakukan hal yang seperti itu?"

 

"Ada sejumlah orang di dunia yang berpikir jika kau tidak bisa terbang dengan kursi roda. Jadi aku putuskan jika aku akan membuktikan kalau mereka salah dengan diriku sebagai percobaannya." Guy membicarakan gagasan mengerikan itu dengan menggampangkan hal tak masuk akal itu dengan tenang.

 

Prestasi semacam ini memang tidak mungkin dilakukan oleh orang lain. Seseorang yang tak mempunyai keistimewaan kontrol tubuh dan kemampuan fisik yang sesuai.

 

"Semua orang di desa, Kakashi, Ebisu dan juga Genma.. mereka masih memperlakukan aku seperti seorang shinobi. Itu membuatku senang. Walaupun aku sudah lama pensiun. Jadi karena itu, aku putuskan untuk membuktikan sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin dan menunjukkan diriku yang seperti biasanya pada kalian semua!" Guy berkata sambil memberikan pose 'Nice Guy' khasnya. "Ini adalah masa mudaku, setelah semua yang telah berlalu."

 

Kata-kata itu menyentuh dalam hati Lee. Mereka selalu terlihat seperti itu. Ketika Lee menderita, ketika dia dalam kesakitan, dan hatinya seolah akan hancur berkeping-keping. Setiap perkataan Guy selalu menyelamatkannya. Lagi dan lagi.

 

Bahkan sekarang, Lee merasa teguh hati setelah mendengarkan perkataan Guy.

 

Dia ingin suatu hari nanti bisa menjadi seorang pria yang memukau seperti Guy. Dia ingin menjadi laki-laki yang bisa memberikan harapan dengan hangat kepada jiwa-jiwa yang kebingungan dan hilang seperti dirinya saat ini.

 

Itu adalah impian yang akan dipegang oleh Lee, Impian ketika dia sudah terbangun dari tidurnya.

 

"Ngomong-ngomong Guy-sensei. Apa yang sedang kau lakukan disini?" Kata-kata itu terlontar dari Lee, ditanggapi oleh Guy dengan obrolan ringan.

 

"Latihan pagi tentunya, aku pikir bahwa aku akan menghabiskan hariku dengan mengelilingi desa kembali, selanjutnya memutari desa. Bagaimana dengan itu Lee? Apakah kau mau bergabung denganku?"

 

"Terima kasih, tapi aku telah melakukan latihan semacam itu."

 

"Hebat! Akan tetapi, masalah yang mengganggu adalah.. Kau terlihat belum menyelesaikan sesuatu. Iya kan?"

 

Mata Lee terbuka lebar-lebar, terkejut dengan pengamatan Guy yang tajam.

 

"Ba-bagaimana kau bisa tahu?"

 

"Hanya dengan melihatmu sekilas saja sudah cukup untuk menyadari bahwa kau menghabiskan sepanjang malam untuk latihan dan kau juga sedang mencemaskan sesuatu. Kau pikir berapa lama aku menghabiskan masa mudaku bersama denganmu? Itulah kenapa dari awal aku katakan padamu 'semangat muda' di awal pagi."

 

Hal yang dikatakan Guy membuat Lee menyadari betapa kacaunya penampilannya. Dia diselimuti lumpur dan memang penampilannya tidak sedap dipandang mata. Dia beberapa kali tersandung karena kelelahan, jatuh dan tergulung di tanah. Banyak kotoran yang ditinggalkan dari semua yang telah dijalaninya.

 

"Kau sepertinya juga risau masalah hadiah pernikahan kan? Itu benar?"

 

Lee menjadi panik dengan pertanyaan Guy yang tajam.

 

"Guy-sensei. Kau bisa membaca pikiranku ya?"

 

"Tidak! Itu karena aku juga diundang ke pernikahan."

 

Guy juga risau soal hadiah pernikahan. Sama seperti Lee.

 

Semuanya akan baik-baik saja selama hadiah pernikahannya tidak biasa.

 

Tetapi masalahnya terletak pada.. Memastikan apakah kadonya tidak terlalu aneh juga.

 

Tidakkah ada kado penikahan yang mengkombinasikan perasaan yang ingin disampaikan? Suatu hal seperti perasaan kemenangan yang bersinar-sinar, persahabatan dan kerja keras?

 

Lee dan Guy memeras otaknya untuk berpikir soal itu. Menemukan jawabannya.

 

Kado macam apa yang akan mewujudkan semangat masa muda?

 

Benarkah ada kado semacam itu di dunia ini?

 

Sesuatu yang mewakili semangat muda. Ini seperti bagaimana keduanya terlihat pintar dengan memakai pakaian ketat berwarna hijau.

 

Ketika kau berkata soal 'Masa muda yang membara' Hal pertama yang akan muncul dalam pikiranmu tak jauh dari keringat dan air mata bukan?

 

Bisakah keringat dan air mata entah bagaimana berubah menjadi suatu kado? Tidak?

 

Untuk memulainya dengan orang yang hidup tanpa apapun tetapi memiliki kemauan kuat. Bukankah begitu?

 

Akankah 'kari' menjadi pilihan yang tepat? Yang biasa ataukah ekstra pedas?

 

Percakapan mereka telah sampai pada puncaknya.

 

"Tidak sama sekali." Lee mengatakannya dengan menggebu-gebu. "Orang-orang jaman sekarang pasti berpikir jika kari dengan nasi berbumbu itu lebih baik."

 

"Tunggu! Tahan Lee." Guy memegang tangannya dan memotong pembicaraannya. "Kita sudah keluar dari topik terlalu banyak. Pada masalah seperti ini kita harus konsentrasi. Kita harus mengingat kembali pokok pembicaraan kita."

 

"Jadi kita harus kembali ke pokoknya?"

"Ya! Masalah pokok dari hadiah pernikahan sebenarnya adalah pernikahan itu sendiri. Iya kan?"

 

Entah bagaimana, percakapan mereka sekarang berbalik menjadi terlalu filosofis.

 

Ketika Lee gagal menambahkan kata-kata dalam pembicaraan itu. Guy kemudian bertanya pertanyaan yang lain.

 

"Berpikirlah seperti ini: Apakah sesuatu yang harus pasti kau bawa ketika pergi ke pernikahan?"

 

Pandangan Lee terfokus ketika dia memikirkan pertanyaan itu dengan serius.

 

Apakah pernikahan itu? Sesuatu yang dibutuhkan untuk penikahan..

 

Pernikahan adalah suatu upacara dimana dua orang yang saling mencintai akan menjadi suami dan istri. Pada masalah ini, sesuatu yang penting pasti dibutuhkan untuk upacaranya.

 

"Cinta..." Lee berkata sambil menatap lurus Guy, meskipun dia malu jika menyangkut hal semacam itu. "Itu yang dibutuhkan. Benar?"

 

"Itu sangat puitis, tapi Lee . Tidakkah itu jawaban yang seharusnya di jawab oleh pengantin perempuan dan pengantin laki-laki?"

 

Lee merasa seperti tersambar petir mendengar perkataan Guy. Seluruh tubuhnya menegang seperti terkena jutsu Raiton. Tanpa disadari, suara "AAHH" keluar dari mulutnya.

 

"It-u .. Itu benar..!!" Kata Lee. "Jika pengantin perempuan dan pengantin laki-laki tidak disana, tidak akan ada upacara pernikahan...!"

 

"Benar? Upacara pernikahan tanpa pengantin perempuan dan pengantin laki-laki hanya akan jadi upacara yang tidak menarik, bukan sebuah pernikahan. Upacaranya jadi tak berguna, tanpa arti."

 

Lee membabi buta.

 

Guy mungkin terlihat seperti orang yang merutuk dan kikuk. Tapi sebenarnya dia adalah seorang pemikir. Dia bisa melihat cover luar seseorang dari pokok masalahnya. Bagi Lee, Guy selalu menjadi 'sesuatu' yang akan dipandang tinggi dan Lee bercita-cita menjadi sepertinya juga.

 

"Masalahnya, kita perlu berpikir tentang ini dari sudut pandang pengantin perempuan dan pengantin laki-laki, dan membawakan hadiah yang akan diterima mereka dengan senang hati. Itu akan jadi yang terbaik. Iya kan?"

 

"Tepat!" ucap Gai. "Baiklah, lalu aku akan memikirkan hadiah untuk pengantin laki-laki."

 

"Roger. Guy-sensei!"

 

"Jangan memikirkan ini dari sudut pandang kita sebagai pemberi hadiah, tetapi dari sudut pandang penerima hadiahnya."

 

Dua lelaki dengan model rambut ala mangkok dan alis tebal saling bertatap muka, saling bergenggaman tangan, berpikir serius tentang masalah ini. Cukup untuk menjadi sebuah tontonan di awal pagi.

 

Lee mencoba berpikir mati-matian mengenai sudut pandang pengantin perempuan.

 

Jika aku adalah pengantin perempuan, kemudian aku memakai gaun pengantin dan pergi ke pernikahanku .. Dan setelah itu...

 

Pernikahan, kelahiran anak, pekerjaan rumah, perawatan.

 

Kata-kata dan gambaran-gambaran tiba-tiba terlintas dipikiran Lee dengan berturut-turut.

 

Pergi berlayar dengan menggendong bayi di tangan.

 

Menggendong bayi di punggung seperti aku membuka gerbang Hachimon, Gerbang ke-7 Kyoumon!

 

Mempunyai bayi adalah hal mengejutkan, suatu hal yang serius.

 

Untuk membesarkan dan menjaga anak, lalu pastinya kau akan butuh kekuatan fisik dan ekonomi. Benar kan?

 

Secara cepat, gambaran-gambaran itu memasuki pikiran Lee. Dia tak bisa membayangkan, Hinata dengan sabar menggendong anaknya dan Naruto memandangi mereka berdua.

 

Dan kemudian Lee menyadari, jika dia sudah menghabiskan seluruh waktunya untuk memberikan Naruto hadiah pernikahan, hanya tak sengaja berpikir soal perasaan pengantin perempuan yang membuatnya menyadarinya. Pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa kau kerjakan dengan dirimu sendiri.

 

Bisa dibilang kalau kado terbaik untuk seseorang adalah.. nantinya akan menjadi seorang ibu.

 

Lee masih mengingat baik-baik perkataan Neji.. "Lebih dari stamina dan kekuatan fisik...."

 

Perkataan Neji di dalam mimpi itu datang lagi di pikirannya.

 

Aku akhirnya mengerti Neji. Kau sebenarnya mengkhawatirkan Hinata kan?

 

Lee mengangguk. Kemudian.....

 

"Aku tau...!!" Lee mengatakannya dengan penuh kelegaan. "Untuk melindungi 'rumah' dan keluarga, kekuatan fisik memang diperlukan. Diatas semuanya.. Mungkin itulah tingkatan teratasnya."

 

Guy mengangguk lalu menjawab. " Sekarang ini, aku pikir jika pekerjaannya adalah membenarkan segala hal yang salah di sekitar rumahnya. Mengendalikan hama pengganggu, membetulkan saluran pipa air, mengangkut bahan-bahan makanan. Seseorang harus meningkatkan kekuatan otot lengannya untuk tugas macam ini. Pada masalah ini jawaban kita berdua harus sama. Hadiah terbaik yang akan kita berikan adalah....." Guy menyeringai dengan gembira kepada Lee.

 

"....Dumbble!!"

 

Lee menyadari. Air matanya tumpah keluar dari matanya.

 

"Aku juga..." Lee mendengus. "Sudah benar sejak awal, sejak aku memutari desa sebanyak dua kali. Aku juga memikirkan hal yang sama."

 

Air mata semakin meleleh, jatuh tak terkendali di wajah Lee.

 

"Guy senseiiiii.... Guy senseiiiii!!! " Lee terisak, melempar dirinya ke dalam pelukan gurunya.

 

Lee luar biasa gembira, pikirannya tidaklah salah. Gurunya menyetujui idenya. Kebahagiaan mereka sangat murni dan sederhana.

 

Guy juga menangis, air mata membanjiri pipinya. Guy mempererat pelukannya. "Lee, kau dapatkan 'dumbble' untuk tangan kanan dan aku akan dapatkan 'dumbble' untuk tangan kiriiiiiiiiii."

 

Guy berteriak, meneriakkan keatas dengan sangat lantang, keras sekali. "UOOO..!! AKU AKAN MENDAPATKAN DUUUUMBBLEEEE YANG KIRI!!!"

 

Untuk sementara waktu mereka saling berpelukan dan menangis.

 

Berterima kasih pada Guy, Lee akhirnya menemukan hadiah untuk pernikahan yang sesuai dengan perasaannya pada pasangan itu. Hatinya terasa cerah dan jernih.

 

Segera setelah mendapatkan pencerahan itu, mereka lantas pergi untuk membeli 'dumbbell' . Penjualnya sangat terkejut karena telah menjual dua 'dumbbell' di awal pagi seperti ini.

 

Tolong lihat ini Neji. Aku tunjukkan kado pernikahan yang telah ku dapatkan. Ini.. 'Dumbble'.

 

Guy menyeringai, terlihat jelas di Mata Lee.

 

"Lee! Dengan ini persiapan kita untuk pernikahan sudah lengkap."

 

"Ya! 'Beban' yang kita bawa ini pasti akan menjadi kado pernikahan terbaik untuk mereka."

 

"Yoo!! Ayo kita berlomba. Kado siapa yang akan dipegang oleh mereka lebih dahulu. Kita mulai ya!"

 

Sejenak setelah Guy mengatakannya, dia dengan berapi-api memutar roda-roda pada kursi rodanya. Menanjakkan kursi rodanya di depan Lee, menyisakan tiupan angin dan debu-debu kotor yang beterbangan.

 

Lee terbelalak, perlahan punggung gurunya yang berada di kursi roda itu menghilang ditelan jarak.


 "Tunggu aku...!! Senseiii....!!"


 Hari ini juga, Konohagakure dipenuhi dengan sangat banyak suasana 'masa muda'.


 Jadi..... Perlu di catat.


 Setelah itu Kakashi harus menerima kenyataan. Dia menerima banyak komplain yang semua berisi hal yang sama.

 

"Pagi-pagi buta. Dua orang aneh menangis dan berteriak-teriak soal suatu hal di belakang rumahku. Sangat berisik!"

 

Lanjut Chapter 2