Novel Kakashi Hiden Chapter 1 - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Minggu, 24 April 2016

Novel Kakashi Hiden Chapter 1


KERAGUAN

Seperti biasa, Naruto sedang memegang mangkuk ramen, tiba-tiba mengeluarkan kepalanya keluar dari kedai Ichiraku. 

 

“Kakashi-sensei! Kakashi-sensei!” teriak Naruto.

 

Disisi lain, dari sudut pandang Kakashi, ia tidak merasa melihat Naruto. Setidaknya, tidak untuk saat ini. Dan kemudian, Kakashi mulai membuka dan membaca buku favoritnya, Icha Icha Tactic. Bab ketiga merupakan bab yang paling “Icha-Icha” dari seri buku tersebut. “Diam saja dan ikutlah denganku!” ajak Naruto. Kakashi pura-pura terhanyut dalam bacaannya, mencoba untuk mengabaikan komentar Naruto dan membiarkannya bagaikan angin lalu.

 

“Kakashi-sensei ‘tebayo!” teriak Naruto sekali lagi. Yah, meskipun begitu, untuk seseorang seperti Naruto, ia bukanlah tipe orang yang mengerti tentang sifat sentimentil seseorang, apapun yang terjadi.

 

“Ada yang salah? Aku terus memanggilmu… kau belum cukup tua untuk menjadi tuli, kan?“ ucap Naruto dengan kesal.

 

“Mm? Ah, Naruto?” jawab Kakashi, padahal dalam benaknya ia menghela nafas. “Ah, maaf.. aku sedang bingung karena buku ini, jadi aku tidak memperhatikanmu.. Oh! Bagaimana dengan tangan buatanmu?”

 

“Yah, masih agak kurang pas, tetapi…” sambil Naruto bicara, ia dengan canggung menggerak-gerakkan sumpit di tangan kanannya. “Aku juga tidak meminta terlalu banyak kok – tebayo."

 

“Oh, begitu.” sahut Kakashi.

 

“Selain itu, Kakashi-sensei, kau masih belum melakukan upacara pelantikanmu?” tanya Naruto.

 

“Eh?” Kakashi melangkah lebih dekat. “Yah, untukku, aku lemah untuk hal seperti itu.”

 

Belakangan ini Kakashi ditanyai tentang hal tersebut kemanapun Ia pergi, dan Ia akan sedikit menciut. Tentu saja, Kakashi sudah memantapkan dirinya untuk menjadi Hokage. Bagaimanapun, bagi dirinya sendiri, Kakashi berpikir bahwa ia sudah tidak memiliki kapasitas lagi sebagai seorang Hokage. Setelah upacara pelantikan selesai, ia tidak dapat kembali lagi. Sekarang Perang Dunia Shinobi Keempat telah selesai, jadi tak perlu untuk terburu-buru menjadi Hokage selanjutnya, kan? Kakashi terus memikirkan hal itu dalam benaknya.

 

"Tetapi bagaimana dengan Monumen Hokage, itu sudah selesai..” dengan menggunakan tangan kanannya secara canggung, Naruto dengan bisingnya menyedot ramennya.

 

“Tapi semua orang menantikan hal itu… pertama, siapa Hokage nya? Ini belum jelas, entah itu dirimu atau Tsunade. Kau memberi contoh yang buruk kepada desa lain – tebayo. Itulah inti dari pelantikan, kan?” jelas Naruto.

 

“Karena Tsunade-sama juga masih sehat. Dan juga bagiku...“

 

"Untuk Nenek Tsunade, dia sudah tidak cocok – tebayo.” potong Naruto. Naruto secara terus terang menyatakan hal keterlaluan dan tak terpikirkan seperti itu.

 

“Akibat perang terakhir kemarin, Nenek Tsunade berada di ambang kematian. Bagaimana caranya, maksudku ada beberapa jenis pekerjaan yang tidak dapat ia kerjakan secara maksimal.” ucap Naruto.

 

“Begitukah?” sahut Kakashi.

 

“Kurasa jika ia pergi tanpa tujuan di siang hari, dia mungkin minum sake... di tempat perjudian mencoba untuk memulai perkelahian. Ini adalah perang untuk dirinya sendiri di usia senjanya, tidakkah kau menyadarinya?” ucap Naruto sambil tertawa.

 

“Hey, kenapa kau harus membicarakan hal itu dengan antusias?” Hal ini bukanlah suatu bahan candaan bagi Kakashi. Setelah mengatakan hal tersebut, dari belakang Naruto muncul sebuah aura gelap haus darah yang tak biasa.

 

“Yah, Nenek Tsunade memang memiliki penampilan yang masih muda, tetapi ini dapat dimengerti bahwa ia secara bertahap akan menuju usia tua dan pensiun dalam waktu dekat, yah untuk bersenang-senang.” tambah Naruto.

 

“Eh... Err, seperti itu kah?” imbuh Kakashi.

 

Rasa haus darah tersebut semakin meningkat. Kakashi menjadi bingung.

 

“Tsu... Tsunade-sama, Aku rasa Ia masih mudah. Yeah. Kurasa begitu.” Kakashi gugup.

 

“Pada tingkat apa? Walaupun dari jauh, kau tidak tahu atau tidak perduli akan hal itu, tapi jika kau lihat lebih dekat, wajahnya itu dipenuhi oleh kerutan.” imbuh Naruto lagi.

 

“Whaa!” dalam pikiran Kakashi. “Jaga ucapanmu dan hentikan itu!”

 

Berbicara tentang suara yang berlebihan... Naruto bahkan seharusnya tidak perlu untuk berbicara tentang itu. Rasa haus darah itu semakin menjadi bertambah buruk.

 

“Mengapa kau terlihat begitu kebingungan, Kakashi-sensei?” tanya Naruto.

 

Sepasang mata yang mencolok bersinar dari belakang Naruto. Hanya Naruto yang tidak menyadarinya.

 

“Aku tidak dapat berbicara keras-keras. Belakangan ini, ia menjadi sangat pemarah. Kelupaannya juga sangat menyeramkan.” ucap Naruto lagi.

 

Dalam pikiran Kakashi “Matilah anak ini.”

 

Ketika Kakashi menutup matanya, Ia tidak melihat tinju Tsunade mendarat di kepala Naruto. Bam!! Suaranya bukan main, entah Kakashi ingin atau tidak, ia pasti mendengarnya.

 

“Siapa yang sangat pelupa?” kemarahan Tsunade menggema. “Aku menjadi pemarah, itu semua karena kau yang membuatku begitu!”

 

Ketika Kakashi membuka matanya, Ia melihat ada benjolan besar di kepala Naruto sambil tersungkur di tanah.

 


“Kakashi!” ucap Tsunade.

 

“Y...Ya!” jawabnya. Karena mata Tsunade yang bersinar menatap mereka, suara Kakashi menjadi terputus-putus. “A-Aku rasa Tsunade-sama masih cukup muda...”

 

“Kau masih belum memutuskan tanggal pelantikanmu?” ucap Tsunade.

 

Hening...

 

“Keraguan itu, aku mengerti betul.” ekspresi Tsunade melunak. “Karena aku juga pernah merasakannya.”

 

“Ya...” jawab Kakashi.

 

“Untuk menjadi seorang Hokage, Kau tidak dapat hidup seperti yang kau inginkan sebelumnya.” Tsunade menganggukkan dagunya ke arah Naruto yang sedang tersungkur di tanah. “Juga cepat atau lambat untuk si idiot ini, tidak akan bisa seenaknya sendiri.”

 

Kakashi terdiam mendengarkan Tsunade berbicara.

 

“Rokudaime Hokage bukanlah orang lain, tetapi hanya kau seorang.” ucap Tsunade. Naruto memang telah menjadi kuat, tapi seperti yang kau lihat, ia masih belum memiliki kaliber seorang Hokage. Selain itu, pada konferensi Lima Kage, bukankah sudah diputuskan bahwa kau akan menjadi Hokage?”

 

“Karena pada waktu itu, aku masih memiliki Sharingan” ucap Kakashi.

 

Hening...

 

“Semenjak kehilangan Sharingan, aku juga tidak dapat menggunakan Raikiri....” ucap Kakashi menambahkan. “Untuk Raikiri, itu karena aku memiliki penglihatan kinetik dari Sharingan. Itulah kenapa aku dapat menyelesaikan jutsu tersebut. Jika aku menjadi Hokage dengan keadaanku yang sekarang, bagaimana mungkin aku bisa melindungi Konoha? Itulah yang aku pikirkan.”

 

“Kakashi...” ucap Tsunade.

 

“Maafkan aku Tsunade-sama... tentang diskusi ini. Tolong tunggu hingga misi kali ini selesai.” dalam pikiran Kakashi.”Kau akan menjadi Rokudaime Hokage, Kakashi....” ia terbesit perkataan Obito dahulu. Setelah itu, ia diberikan Sharingan sebagai hadiah. “Buat apa aku ragu? Sejak awal Sharingan hanya dipinjamkan padaku untuk waktu yang terbatas, kan? Ahh... mungkin, aku terlau banyak bergantung pada Sharingan.” batinnya.

 

“Ia adalah pelindung Tobishachimaru ‘kan?” Tsunade mengganti topik pembicaraan. “Apakah orangnya cukup?”

 

“Mungkin di saat terakhir, baru dapat personil yang cukup. Tahun ini, sejak mereka bertugas di Houzukijyou, Tim Guy dan Tim 10 Shikamaru terus berada di sana.” jawab Kakashi.

 

“Houzukijyou... tapi mereka harus cepat memutuskan siapa raja Kaisar untuk kastil itu.” imbuh Tsunade.

 

“Untuk mencari seorang master seperti Mui, mereka mungkin tidak akan banyak menemukan seseorang sepertinya.” tambah Kakashi.

 

Beberapa tahun sebelumnya, dengan strategi gabungan antara Konohagakure dan Kumogakure, Houzukijyou ditumpas. Sebelum kastilnya dipulihkan dan para tahanan dikendalikan dengan jutsu yang disebut Tenrou no Hijutsu (Jutsu Rahasia Penjara Langit) oleh Kaisar kastil, Mui. Di tengah menjalankan strateginya, Mui kehilangan nyawanya. Semenjak itu, Konoha, Suna, Kumo, Iwa dan Kiri, saling bergantian untuk menjadi penjaga penjara.

 

“Untuk Naruto, semenjak ia perlu menjaga desa, kali ini para Jounin akan menemaniku dalam misi. Yah, karena kita hanya menjadi penjaga upacara, seharusnya tidak ada masalah. Bahkan jika kapalnya terbang, itu masih tugas kita.” jelas Kakashi.

 

“Hal ini mengingatkanku, bukannya Guy berkata bahwa ia ingin melakukan misi ini? Dengan kakinya yang seperti itu, iya tidak seharusnya berkata demikian.” kata Tsunade.

 

“Seperti biasanya, ia hanya ingin melihat kapal terbang.” ucap Kakashi. “Jika ini Guy, ia mungkin akan pergi ke Nami no Kuni (Negeri Ombak) dengan kursi rodanya.”

 

“Kapal terbang... Cerita yang luar biasa, bukan? Saat ini, kelihatannya keberadaaan Tobishachimaru adalah rahasia untuk negara lain, bagaimanapun...” ucap Tsunade.

 

“Ehh, ini akan segera diketahui secara luas. Jika informasi tentangnya bocor, hal ini akan segera diminta oleh tiap desa dari tiap negara. Mereka akan mencoba untuk mencuri teknologi Tobishachimaru dari Nami no Kuni.” tambah Kakashi.

 


Sejenak, dalam benak Kakashi, ia mengumpulkan semua pemikirannya. Mengenai izin dari langit dan bagaimana sesama shinobi menipu satu sama lain, pembunuhan bersama mungkin akan dimulai, atas hak ke langit.

 Lanjur Chapter 2

1 komentar: